News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Ramadan1439 H

Menengok Kota Santri di Ujung Harapan Bekasi, Warisan KH Noer Ali, Betul Putih Musuh Tentara Sekutu

Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Masjid Jami Attaqwa di Komplek Pondok Pesantren Attaqwa Putra Jalan KH Noer Ali Ujung Harapan, Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi.

Laporan wartawan TribunJakarta.com, Yusuf Bachtiar

TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Nama Kampung Ujung Harapan, Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi akan melekat dengan julukan 'kota santri'.

Julukan tersebut disematkan tidak lain karena keberadaan Pondok Pesantren Attaqwa, pusat studi islam yang didirikan ulama sekaligus pahlawan nasional KH Noer Ali.

Baca juga: Masjid Jami Attaqwa, Simbol Kota Santri Kampung Ujung Harapan Bekasi

Baca juga: Makassar Mendunia, Masjid 99 Kubah Muncul di Surat Kabar Jerman & Jadi Daya Tarik Perayaan Ramadan

Namun kota santri di kawasan Ujung Harapan bukan hanya sekedar keberadaan pondok pesantren.

Lebih dari itu, peletakan pondasi dasar dakwa islam seantero Ujung Harapan dan sekitarnya tertanam begitu dalam berkat sosok KH Noer Ali.

Masjid Jami Attaqwa di Komplek Pondok Pesantren Attaqwa Putra Jalan KH Noer Ali Ujung Harapan, Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. (TribunJakarta.com/Yusuf Bachtiar)

Sekretaris Jenderal Pondok Pesantren Attaqwa Putra Ustaz Anis Abdul Quddus mengatakan, konsep dasar dari KH Noer Ali dalam berdakwah ialah keberadaan masjid.

KH Noer Ali sejak pulang menimba ilmu dari Mekah tahun 1940, dia langsung memulai dakwa di Kampung Ujung Malang yang kini diubah namanya menjadi Ujung Harapan.

"Konsep dasarnya adalah masjid, jasi bapak Kiyai mendirikan masjid, di masjid segala pusat kegiatan santri dilakukan hingga terus berkembang," kata Anis.

Baca juga: Sambut Ramadan, Bella Hadid Bagikan Foto Masjid Al-Aqsa dan Lokasi Buka Puasa Gratis

Di samping kegigihannya ikut berjuang melawan kolonial, KH Noer Ali bersama santrinya turut berperan memajukan umat yang pada saat itu berada dalam keterbelakangan.

KH Noer Ali lanjut Anis, telah mewariskan sistem di Ujung Harapan untuk menjaga semangat dakwa tetap menyala.

"Al-Magfurlah (KH Noer Ali) membentuk sistem, di Ujung Harapan agar bisa merangkul, agar bisa menyentuh semua lapisan masyarakat," ucapnya.

Kegiatan santri Pondok Pesantren Attaqwa Putra Ujung Harapan, Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi saat bulan suci Ramadan 1442 Hijriyah. (TribunJakarta.com/Yusuf Bachtiar)

Sitem itu diberinama Dewan Masjid Attaqwa (DMA), membawahi seluruh masjid dan musala yang ada di Kampung Ujung Harapan Bahagia.

"Makanya dibuatlah semacam pusat penyebaran agama, itu lewat masjid, di kampung ini ada namanya Dewan Masjid Attaqwa, pusatnya di Masjid Attaqwa," terangnya.

Identitas masjid atau musola kemudian melekat di seluruh lapisan masyarakat, masjid atau musala bagi warga Ujung Harapan bukan sekedar tempat salat.

Bahkan saking melekatnya dengan kehidupan warga, identitas masjid atau musala kerap dijadikan petunjuk lokasi untuk memudahkan pemetaan alamat.

"Jadi kita itu lebih inget sama nama musala/masjid, jadi kalau ditanya 'bapak dari mana?' lalu ada yang jawab 'dari Musala Al-Barkah', orang Ujung Harapan udah pasti paham," tuturnya.

Masjid Jami Attaqwa di Komplek Pondok Pesantren Attaqwa Putra Jalan KH Noer Ali Ujung Harapan, Kelurahan Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi. (TribunJakarta.com/Yusuf Bachtiar)

Sistem masjid sebagai pusat peradaban, pusat syiar islam dan kegiatan masyarakat sudah dibangun KH Noer Ali sejak lama.

Para tetua masala atau masjid di lingkungan Kampung Ujung Harapan tak ubahnya menjadi kepanjangan tangan dari Yayasan Attaqwa, milik KH Noer Ali sebagai lembaga pendidikan pondok pesantren.

"Lewat Dewan Masjid Attaqwa, secara rutin menggelar pemgajian, lokasinya bergilir di musala masjid yang ada di naungan dewan masjid," paparnya.

Belum lagi di tiap musala dan masjid dibentuk yang namanya IKRA, atau singkatan dari Ikatan Remaja Attaqwa.

Program IKRA kata Anis, kurang lebih sama dengan yang ada di Pondok Pesantren Attaqwa. Misalnya program pelatihan berpidato dan kajian ilmu agama lainnya.

"Jadi program yang ada di pondok pesantren ini diadaptasi untuk ditularkan ke masyarakat, jadi tiap musala itu mereka ada program muhadhoroh," ucapnya.

Lalu di Attaqwa ada kegiatan pembaca maulid rutin, Ratibul Al-Haddad, pembabacaan Yasin. Di IKRA tingkat musala yang ada di Ujung Harapan diadakan kegiatan serupa.

"Jadi Alhamdulillah secara umum, hampir semua masyarakat, hampir semua remaja yang ada di wilayah Ujung Harapan ini adalah satri atau murid dari Pondok Pesantren Attaqwa baik secara langsung maupun tidak langsung," tuturnya.

Bukti Perjuangan KH Noer Ali si Singa Karawang Bekasi Melawan Tentara Sekutu

Terletak di Kampung Ujung Harapan Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi, Pondok Pesantren Attaqwa terus menebar syiar islam warisan dari ulama kharismatik KH Noer Ali.

Cikal bakal Pondok Pesantren Attaqwa bermula sejak tahun 1940, KH Noer Ali baru pulang dari menuntut ilmu di Mekkah, Arab Saudi.

"Beliau berusaha mendirikan pesantren untuk memajukan umat dari keterbelakangan," kata Sekretaris Jenderal Pondok Pesantren Attaqwa Putra, Ustaz Anis Abdul Quddus.

Awal berdiri, pusat kegiatan santri berada di masjid yang kini menjadi Masjid Jami Attaqwa Pusat. Selain mendapatkan ilmu agama, para santri kala itu diajak turut berjuang melawan kolonial.

KH Noer Ali merupakan pahlawan nasional, sosoknya dijuluki sebagai Betul Putih, Singa Karawang Bekasi.

Di masa perjuangan kemerdekaan, KH Noer Ali aktif sebagai pemimpin Laskar Hizbullah yang berperang melawan tentara sekutu.

Kegiatan santri Pondok Pesantren Attaqwa Putra Ujung Harapan, Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi saat bulan suci Ramadan 1442 Hijriyah. (TribunJakarta.com/Yusuf Bachtiar)

Tidak jarang, para santrinya dilibatkan dalam perjuangan kemerdekaan. Selepas Indonesia merdeka, barulah beliau fokus ke pondok pesantren dan berdakwa.

Pada tahun 1955, KH Noer Ali mendirikan Yayasan Pembangunan, Pemeliharaan dan Pertolongan Islam (YP3I).

Yayasan ini merupakan cikal bakal dari Yayasan Attaqwa yang hingga kini menaungi Pondok Pesantren Attaqwa Putra/Putri Pusat dan sejumlah sekolah cabang.

"Tiga puluh tahun kemudian tepatnya tanggal 17 Desember 1986 yayan ini diganti nama menjadi Yayasan Attaqwa," ucapnya.

Attaqwa terus berkembang, hingga sekarang tercatat sebanyak 149 lemabaga pendidikan di bawah naungan Yayasan Attaqwa dari TK sampai perguruan tinggi.

Anis menjelaskan, Pondok Pesantren Attaqwa terdiri dari Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA).

Jumlah Satri Pondok Pesantren Attaqwa Putra saat ini sebanyak 1.601 jiwa, masing-masing terdiri dari 1.009 santri MA dan 592 santri MTs.

"Kurikulum sekolah terdiri dari kurikulum khas Attaqwa 50 persen dan kurikulum departemen agama 50 persen," paparnya.

Dia menjelaskan, terdapat program unggul yang dimiliki Pondok Pesantren Attaqwa, diantaranya Tahsin Al-Quran metodologi Yanbua untuk mahir mbaca Al-Quran.

Kegiatan santri Pondok Pesantren Attaqwa Putra Ujung Harapan, Bahagia, Kecamatan Babelan, Kabupaten Bekasi saat bulan suci Ramadan 1442 Hijriyah. (TribunJakarta.com/Yusuf Bachtiar)

"Lalu ada namanya Kemasyarakatan atau Ma'hadiyah, tujuan mendidik santri agar menjadi imam salat, memimpin tahlil, maulid, MC acara dan lain-lain," ucapnya.

Selain itu, ada pula program unggulan berupa leadership dan keorganisasian berupa, kegiatan pleno PPA (Osis), kepramukaan, kepanitiaan dan lain-lain.

"Ada juga program pembiasaan santri melaksanakan salat wajib dan Dhuha secara berjemaah, puasa sunat senin kamis dan Qiyamullail," paparnya.

Program khusus Tahfiz Al-Quran juga dimiliki Pondok Pesantren Attaqwa, diselenggarakan secara intensif dengan bimbingan khusus guru-guru tahfiz.

"Adapun tahfiz yang terdapat di intra-kulikuler dilakukan terhadap seluruh siswa pada seluruh kelas dengan target berjenjang," paparnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini