News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Masjid Ramlie Musofa Kerap Jadi Tempat Mualaf Ucap Syahadat, Ini Kisah Anak Sang Pendiri Peluk Islam

Editor: Anita K Wardhani
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Sofian Rasidin, anak dari Haji Ramli Rasidin, berkisah tentang perjalanannya memeluk Islam dan bagaimana kekuatan doa itu berperan.

Laporan wartawan TribunJakarta.com, Pebby Adhe Liana

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tak terlahir sebagai seorang muslim, Sofian Rasidin, anak Haji Ramli pendiri Masjid Ramlie Musofa, Sunter Agung, Jakarta Utara mengalami perjalanan spiritual hingga menjadi mualaf.

Ia pun mengakui mengalami godaan.

"Godaan, itu banyak. Setiap orang pun berbeda-beda godaannya," kata Sofian Rasidin.

Masjid Ramlie Mustofa disebut banyak orang Taj Mahal-nya Jakarta.

Masjid Ramlie Musofa yang berlokasi tepat di seberang Danau Sunter, Jakarta Utara yang disebagian besar dindingnya dihiasi ayat suci Al-Qur'an dengan terjemahan bahasa Indonesia dan bahasa China, foto diambil pada Minggu (11/4/2021). (Tribunnews.com/Rizki Sandi Saputra)

Bangunan masjid yang dominan berkelir putih dengan detil ukiran klasik ini sering menjadi tempat masyarakat untuk belajar tentang Islam.

Masjid tersebut juga menjadi tempat sejumlah mualaf mengucapkan syahadat.

"Siapapun yang ingin belajar tentang Islam, boleh datang ke sini (Masjid Ramlie Musofa). Masjid ini terbuka," ujar Sofian kepada TribunJakarta.com tempo hari.

Sofian menyampaikan, ada banyak orang yang berniat untuk memeluk ajaran Islam.

Tetapi, sebagian diantaranya banyak yang masih ragu karena berbagai hal. Bisa dari dalam diri, ataupun lingkungannya.

Sofian, yang juga merupakan seorang mualaf memaknai hal tersebut sebagai godaan, dan cobaan.

Masjid Ramlie Musofa yang terletak di Jalan Danau Sunter Selatan, Jakarta Utara, pada Rabu (8/5/2019) malam. (TRIBUNNEWS.COM/FITRI WULANDARI)

"Saya pun masuk Islam sering dapat godaan. Imannya sering goyah. Godaan itu, kita punya pilihan tergoda apa tidak," ucap Sofian.

"Tetapi kalau cobaan kita gak ada pilihan, misalnya gunung meletus kita mana bisa memilih," ia menambahkan.

Sofian terlahir dari keluarga berlatar belakang keturunan Tionghoa.

Meski sang ayah, Haji Ramli adalah seorang mualaf tetapi keturunannya tak ada yang langsung memeluk Islam sejak lahir.

Kisah ini disampaikan oleh anaknya, Sofian.

"Anak almarhum (Haji Ramli) enggak ada yang Muslim dari lahir. Saya masuk Islam di usia 21 tahun," Sofian melanjutkan ceritanya.

Sofian Rasidin, anak dari Haji Ramli Rasidin, berkisah tentang perjalanannya memeluk Islam dan bagaimana kekuatan doa itu berperan. (TribunJakarta.com/Pebby Ade Liana)

Sofian selalu diajarkan untuk menjadi anak yang berfikir kritis.

Sejak remaja, ia gemar bertukar pikiran dengan teman-temannya. Mulai dari yang Muslim, sampai non-Muslim.

Dari hal itu, ia mendapat banyak pengetahuan.

Hingga pada suatu hari, Sofian merasa tertarik dan ingin belajar lebih dalam tentang agama Islam.

Tetapi, diakuinya banyak godaan yang datang. Tak jarang, membuat hati Sofian menjadi ragu dan goyah.

Misalnya saja timbulnya rasa bimbang karena urusan percintaan.

"Saya sempet mikir, apa betul jalan saya di Islam? Karena dulu, semua cewek yang deket saya, mantan saya, itu non Muslim semua."

"Kalau saya Islam, cewek mana yang bakalan mau sama saya. Karena yang PDKT sama saya, semua non Muslim," kenang dia.

"Saya bisa lewatin godaan, karena mindset. Alhamdulillah Allah sayang. Dulu saya sempet tanya sama almarhum (ayah) kenapa saya enggak diislamin dari lahir? Katanya kalau Allah ikhlas, Allah ridho kamu masuk Islam, Allah akan jaga kamu, akan bimbing kamu. Tapi kalau Allah gak ridho, orangtua bisa apa. Ya alhamdulillah masih dijaga. Ketemu orang-orang baik," tuturnya.

Dapat Hidayah Lewat Mimpi

Sofian sebenarnya sudah mulai tertarik belajar tentang Islam saat dirinya berusia 14 tahun.

Seperti sewajarnya anak remaja yang tengah mencari jati diri, kala itu Sofian selalu dihantui rasa bingung dan bimbang.

Hingga disuatu ketika, ia mengaku ingin belajar salat.

Suatu hari ia datang dan meminta guru lesnya mengajarkan salat, namun enggan.

Fasilitas Lift dan tempat duduk permanen di area wudhu Masjid Ramlie Musofa yang dinilai sangat ramah jamaah disabilitas dan terinspirasi dari konsep Masjid Nabawi di Madinah (Rizki Sandi Saputra)

"Dia tau, di salat ada ucapkan kalimat syahadat. Secara gak langsung, saya sudah Muslim. Di sisi lain, dia tau anak almarhum (Haji Ramli) gak ada yang muslim dari lahir. Dia suruh saya tanya almarhum (ayah)," katanya.

Kala itu, Haji Rasidin bertanya kepada Sofian mengenai niatan dirinya ingin belajar salat.

Sofian berujar, ingin meminta hidayah atas kebimbangannya selama ini.

"Kata dia, kalau kamu mau cari hidayah, kamu zikir aja. Lalu saya diajarin. Almarhum ajarin saya, sebelum zikir baca niat. Niat kamu apa? Ingin cari hidayah agar diberi petunjuk. Ya sudah," imbuhnya.

Selama berbulan-bulan lamanya, Sofian mulai terbiasa dengan berzikir dan berdoa.

Sofian Rasidin, anak dari Haji Ramli Rasidin, berkisah tentang perjalanannya memeluk Islam dan bagaimana kekuatan doa itu berperan. (TribunJakarta.com/Pebby Ade Liana)

Lewat sebuah mimpi, Sofian mengatakan telah mendapatkan jawaban atas kebimbangannya selama ini.

Kala itu, ia mendapat sebuah mimpi sedang menempuh perjalanan dengan ke 4 orang temannya yang memiliki keyakinan berbeda-beda.

Mereka adalah pemeluk Kristen, Katolik, Hindu, dan Budha.

Namun di tengah perjalanan, mobilnya justru diterjang badai.

Di antara seluruh penumpang mobil, hanya ia yang berhasil menembus badai tersebut.

Sofian pun dituntun sampai ke sebuah tempat yang bercahaya.

"Begitu saya sampai, putih semua. Sinarnya tidak seperti sinar matahari yang silau. Sepanjang mata memandang, putih semua," beber dia.

"Saya tengok sebelah kanan sopirnya enggak ada. Saya tengok belakang, temen saya juga gak ada."

"Hanya di depan ada orang jubah putih, bukain pintu (mobil). Pas saya keluar, saya lihat ada tangga, di ujung atas itu adalah pintu gerbang."

"Lalu orang itu memberi saya jawaban atas doa saya. Dia bilang 'kalau kamu mau masuk gerbang itu, kamu bisa masuk dan kamu boleh masuk. Tapi belum waktunya masuk."

"Namun kalau kamu gak mau masuk, kamu gak akan bisa masuk dan kamu boleh kembali ke bawah," tuturnya.

Mimpi tersebut, dimaknainya sebagai sebuah jawaban atas apa yang diragukannya selama ini.

Lewat pikiran terbuka dan keteguhan hati, Sofian akhirnya bisa mantap memeluk Islam.

Bahkan, mimpi tersebut juga diakuinya sebagai pengingat tentang bagaimana besarnya kekuatan doa.

"Itu yang menyelamatkan iman saya dari godaan dan segala macam. Ingatan saya soal gerbang itu. Kekuatan doa itu, sudah saya alami sendiri," katanya.

Kini, Sofian meneruskan amanat sang ayah Haji Ramli untuk terus menebarkan kebaikan Islam kepada sesama umat manusia.

Salah satunya melalui Masjid Ramlie Musofa di Jakarta Utara.

Masjid tersebut kini menjadi salah satu tempat wisata religi di Jakarta Utara.

Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Perjalanan Sofian Rasidin Memeluk Islam: Banyak Godaan, Mimpi, dan Kekuatan Doa Ikut Berperan, 
Penulis: Pebby Ade Liana

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini