TRIBUNNEWS.COM - Berikut ini penjelasan mengenai i'tikaf yang bisa dilakukan saat bulan Ramadhan.
Apalagi ketika 10 hari terakhir Ramadhan.
I'tikaf merupakan ibadah yang sudah dilakukan oleh Nabi terdahulu.
Di mana para Nabi terdahulu melakukan i'tikaf sebagai pendekatan diri kepada Allah SWT.
Lantas, apa itu i'tikaf?
Baca juga: Tanda-tanda Malam Lailatul Qadar pada 10 Hari Terakhir Ramadhan, Inilah Doa yang Dianjurkan
I'tikaf berarti berdiam di masjid dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.
Berdiam diri di masjid tentunya disertai niat untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan memperbanyak ibadah.
Dosen Syariah UNU Purwokerto Gus Agus Salim mengungkapkan tentang cara itikaf.
"I'tikaf dilakukan ketika seseorang berada dalam kondisi suci, kemudian menutup aurat."
"Selain itu, berdiam diri di masjid, tentunya disertai niat," ungkapnya.
I'tikat dilakukan di malam hari bulan Ramadhan.
Di mana seseorang bisa mendirikan shalat terlebih dahulu.
Kemudian, berdiam diri di Masjid.
Lebih lanjut Gus Agus Salim menjelaskan bila hukum melaksanakan i'tikaf adalah Sunah, bukan wajib.
"Ini ibadah yang Sunah, bukan wajib. Ramadhan ini bulan berkah, jadi perbanyak amal perbuatannya," katanya.
Syarat I'tikaf
Muslim
Menutup aurat
Berada di dalam masjid
Harus punya niat
Dalam keadaan suci
Adapun sebagai informasi, berikut ini syarat dan rukun itikaf sebagaimana dikutip dari TribunJogja.com:
Syarat dan Rukun I’tikaf
Sebelum melakukan i’tikaf, penting untuk memperhatikan syarat dan rukunnya, antara lain sebagai berikut:
Pertama, niat, dalam i’tikaf harus ada niat sehingga orang yang melakukannya paham apa yang harus dilakukan.
Bahkan jangan sampai melamun, dan pikiran kosong.
نويت الاعتكاف لله تعالي
“Nawaitul I’tikaf Lillahi Ta’ala”
Kedua, diam di dalam masjid dan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak boleh dilakukan oleh orang yang sedang beri’tikaf.
Sebagaimana firman Allah SWT “…Tetapi, jangan kamu campuri mereka, ketika kamu beri’tikaf dalam masjid.” (QS Al-Baqarah: 187).
Orang yang melakukan i’tikaf harus muslim, berakal, suci dari hadas besar (ada pendapat yang mengatakan bahwa hadas kecil juga membatalkan i’tikaf), dan harus di masjid.
Sunnahan i’tikaf terdapat dalam beberapa hadis, di antaranya:
Pertama, Abdullah bin Umar berkata bahwa Rasulullah SAW i’tikaf sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR Bukhari).
Kedua, ‘Aisyah berkata bahwa Rasulullah SAW melakukan i’tikaf sesudah tanggal dua puluh Ramadhan hingga beliau meninggal dunia. (HR Bukhari dan Muslim).
Ketiga, Ubay bin Ka’ab dan Aisyah mengatakan bahwa Rasulullah beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, hinggal Allah menjemputnya (wafat). (HR. Bukhari Muslim).
Maksud dari beberapa hadis di atas bahwa tiap bulan Ramadhan akan berakhir, terutama sepuluh hari menjelang Ramadhan berakhir, Rasulullah SAW selalu i’tikaf di masjid.
Baca juga: Niat Sholat Tahajud beserta Tata Cara dan Doa Sesudah Sholat Tahajud
Tentang I'tikaf
I'tikaf hukumnya sunah dan tidak harus pada bulan Ramadhan, boleh dilakukan pada bulan apa saja.
Terpenting bagi orang yang melakukannya memahami apa itu i’tikaf.
Dilansir Kemenag.go.id, itikaf memiliki kekhususan tempat dan aktivitas ibadah mendekatkan diri kepada Allah di masjid.
Aktivitas ibadah tersebut, meliputi berdzikir, berdo’a, membaca Al-Quran, shalat sunnah, bershalawat, bertaubat, beristigfar, dan lainnya.
I’tikaf dianjurkan setiap waktu, tetapi lebih ditekankan memasuki sepuluh malam terakhir Ramadhan sebagaimana penuturan Abdullah bin Umar RA,
Rasulullah SAW beri’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan ramadan. (HR. Muttafaq ‘alaih)
Di masa pandemi Covid19 ini, kemungkinan sebagian umat Islam tidak dapat beri’ikaf di masjid.
Meski demikian seluruh aktivitas i'tikaf dapat dilakukan di rumah.
Jika ingin tetap melakukan i'tikaf secara individu di masjid, maka hendaklah dilakukan dengan memenui protokol kesehatan.
Di antaranya adalah berbadan sehat, membawa sajadah sendiri, memakai masker, berwudhu kembali di masjid, dan tidak bersalaman.
(Tribunnews.com/Suci Bangun DS, TribunJogja.com)
Simak berita lain terkait Ramadan 2021