Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Jaisy Rahman Tohir
TRIBUNNEWS.COM, TANGERANG SELATAN - Makam Keramat Tajug menjadi salah satu cagar budaya di Tangerang Selatan (Tangsel) yang sarat akan sejarah Islam dan cerita keajaiban.
Sekilas, makam Tubagus Muhammad Atif dan adiknya, Ratu Ayu itu terlihat biasa saja.
Terletak di puncak semacam bukit, makam dua keturunan pemimpin Kesultanan Banten keenam, Sultan Ageng Tirtayasa itu berada di dalam sebuah musala atau tajug dalam bahasa Tangerang lama.
Baca juga: Ustaz Tengku Zulkarnain Dikebumikan di Rumbai Pekanbaru, Pemakaman Khusus Covid-19
Baca juga: Viral Jenazah TKI Asal Bulukumba Tertukar Dengan Warga Batam, Baru Diketahui Usai Proses Pemakaman
Dua makam itu dibuatkan semacam kamar di tengah-tengah tajug, yang kuncinya dipegang oleh kuncen.
Jika peziarah datang dan ingin melihat langsung makam, maka akan langsung dibukakan.
Diperkirakan, Makam Keramat Tajug sudah ada sejak tahun 1600-an.
Tubagus Atif Penyebar Islam di Tangsel
Sosok yang dimakamkan di Keramat Tajug bukanlah orang sembarangan.
Tubagus Muhammad Atif merupakan penyebar Islam pertama di kawasan Tangsel, atau yang dulu disebut wilayah Benteng Selatan, sebelum nama Tangerang muncul.
Hal itu diungkapkan oleh Tubagus Sos Rendra, Sejarawan Tangsel, sekaligus keturunan ke-8 Tubagus Muhammad Atif, saat ditemui di Keramat Tajug, Minggu (9/5/2021).
Pada tahun 1667, Tubagus Atif diutus ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa, yang merupakan sultan keenam Kesultanan Banten, untuk menyebarkan agama Islam, ke wilayah Tangsel.
Pengutusan Tubagus Atif ke wilayah Tangsel juga merupakan amanah Syarif Hidayatullah, atau yang dikenal sebagai Sunan Gunung Jati, bagian dari Wali Songo.
Syarif Hidayatullah adalah orang pertama yang menyebarkan Islam di tanah Banten.
Baca juga: VIRAL Video Pria Ngaku Anggota Polda Banten & Ancam Tembak Warga di SPBU, Polres Lebak Buru Pelaku
Saat itu, tugas Tubagus Atif juga membantu warga Tangsel memerangi Belanda yang masih menjajah Nusantara.
"Maka diutuslah Tubagus Afif bin Sultan Ageng Tirtayasa sebagai panglima perang Kesultanan Banten untuk, satu, menyebarkan agama islam sesuai amanat leluhur Syarif Hidayatullah. Kedua memerangi Belanda, membantu masyarakat," papar Sos Rendra.
Sejarah Tajug
Pada misi penyebaran Islamnya, Tubagus Atif membangun musala atau Tajug, dan sebuah masjid bernama Al-Ikhlas.
Posisi tajug berada di antara sawah dan Kali Jaletreng. Hal itu bertujuan agar warga mudah beribadah usai bekerja.
Ukurannya tidak terlalu besar, sekira 10x10 meter. Bentuknya dulu seperti surau pada umumnya, berkakikan seperti rumah panggung, sederhana.
Namun tajug kini sudah mengalami beberapa kali renovasi, sehingga tampilannya lebih modern, dan mirip musala pada umumnya di era sekarang ini.
Bertembok bata, beratap genting.
"Jadi di buat tajug diantara sawah dan kali. Supaya kalau ibadah dekat, turun," ujar Sos Rendra.
Namun, duka menyerang Tubagus Atif kala, adik tercintanya Ratu Ayu meninggal dunia.
Saking sayangnya, Tubagus Atif memakamkan adiknya itu di dalam Tajug.
"Saking cintanya kepada sang Adik, bapaknya lagi perang, adiknya meninggal di bawa ke sini. Dimakamkan di dalam Keramat Tajug itu namanya," ujarnya.
Pada tahun 1721, Tubagus Atif menyusul adiknya dan dimakamkan persis di sebelahnya.
"Kemudian dia pesan juga ke anak istri, kalau sudah tidak ada umur makamkan juga saya di makam tajug itu," ujarnya.
Ketinggian Naik 110 Meter
Setelah dimakamkan, keajaiban terjadi. Hanya dalam waktu semalam, permukaan tanah tajug yang menjadi makam itu naik hingga 77 meter.
Sos Rendra mengatakan, tidak ada yang bisa menjelaskan proses naiknya muka tanah itu.
"Paginya setelah dimakamkan itu, tanahnya tiba-tiba meninggi. Enggak ada yang tau prosesnya, tiba-tiba tinggi. 77 meter ketinggiannya," ujar Sos Rendra.
Posisi Makam Keramat Tajug memang seperti bukit jika dilihat sekarang.
Meskipun memang dataran di wilayah Serpong itu beberapa tinggi rendah, sehingga di beberapa ruas jalannya menanjak.
Namun Sos Rendra menekankan bahwa posisi tajug dulu berada di antara Kali Jaletreng dan sawah, yang artinya sejajar.
"Dari sawah dan kali. Tapi ketika itu tiba-tiba tinggi 77 meter," jelasnya.
Bahkan saat ini, ketinggian muka tanahnya naik menjadi 110 meter. Sos Rendra menduga tanah Makam Keramat Tajug itu terus bertumbuh.
"Kemarin pas diukur sama Dinas Perkim, saya musrembang, 110 meter ketinggiannya. Jadi semakin hidup. Itu salah satu karomah kramat tajug," kata Sis Rendra.
Didatangi Caleg
Makam sosok penyebar Islam itu selalu ramai didatangi, hampir setiap hari. Namun karena pandemi Covid-19, peziarah menurun drastis.
"Ya kebanyakan mah ziarah kubur. Yang pertama kita ingat mati, yang kedua kita mendoakan ahli kubur," kata Abdul Haris (62), juru kunci makam.
Haris mengungkapkan, secara umum ada dua waktu ziarah di Keramat Tajug, dan selalu ramai, yakni sehari setelah Idul Fitri dan sebelum Ramadan.
"Ramainya setelah hari raya satu hari, seminggu tuh ramai. Dan sebelum Ramadan," ujar Haris.
Haris tidak memungkiri, jika peziarah yang datang kerap membawa tujuan tersendiri dengan menyandarkan doa kepada makam Tubagus Atif.
Termasuk dari para calon legislatif (caleg) yang akan bertarung pada kontestasi politik.
Mereka berharap dengan berziarah ke Keramat Tajug untuk mendapatkan keajaiban dan melenggang jadi wakil rakyat.
"Dewan, caleg, ya ada saja yang datang. Saya mah kuncen, partai apa saja silakan, mendoakan saja, jadi mah urusan Allah," ujarnya sambil tertawa.
Terhadap hal kepentingan seperti itu, Haris kerap mengingatkan kepada peziarah.
"Ya melarang, mintalah ke Allah, minta ke selain Allah kan musyrik. Makanya suka dipandu gitu," kata Haris.
Sedangkan kegiatan lain yang rutin digelar adalah pencucian benda pusaka TB Atif, setiap malam ke-14 Bulan Maulid atau Rabiul Awa penanggalan Hijriah.
"Itu sudah berlangsung ratusan tahun," pungkasnya.
Artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Berziarah ke Keramat Tajug, Makam TB Muhammad Atif, Penyebar Islam Pertama di Tangsel, .