TRIBUNNEWS.COM - Simak bacaan niat dan tata cara salat Idul Fitri 2021/1442 H, disertai dengan contoh khutbah Idul Fitri.
Umat Islam akan menggelar salat Idul Fitri pada Kamis, 13 Mei 2021.
Hal ini setelah Kementerian Agama (Kemenag) resmi menyatakan 1 Syawal 1442 H jatuh pada hari Kamis.
Ketetapan itu diputuskan dalam Sidang Isbat yang digelar pada Selasa (11/5/2021) petang di Jakarta.
Lantaran masih berlangsungnya pandemi Covid-19, salat Idul Fitri digelar dengan menerapkan protokol kesehatan.
Ketentuan ini berlaku untuk wilayah dengan zona kuning dan hijau.
Baca juga: Bacaan Niat Salat Idul Fitri 1442 H, Ini Panduan Penyelenggaraan Salat Idul Fitri 2021 dari Kemenag
Sedangkan wilayah dengan zona merah dan orange, Kemenag meminta agar salat Idul Fitri dilakukan di rumah masing-masing.
Sebelum melaksanakan salat Idul Fitri, tidak ada salahnya mengingat kembali bacaan niat dan tata cara salat idul Fitri.
Berikut ini bacaan niat dan tata cara salat Idul Fitri 2021:
1. Niat salat
"Ushalli sunnatan li 'Idil Fitri rak'ataini lillahi ta'ala,"
Artinya: Aku berniat salat Idul Fitri dua rakaat karena Allah ta'ala.
2. Takbiratul Ihram (Allahu Akbar) sambil mengangkat kedua tangan
3. Membaca Doa Iftitah
4. Membaca Takbir sebanyak 7x pada rakaat pertama
Kemudian di sela-sela setiap takbir membaca secara pelan (sirr): "Subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu Akbar"
Artinya: Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada Tuhan selain Allah, Allah Maha Besar
5. Membaca Surat al-Fatihah dan surat pendek yang dihafal, disunnahkan surat al-A'la
6. Ruku', sujud, duduk di antara dua sujud, sujud kedua dan berdiri lagi
7. Dalam posisi berdiri kembali pada rakaat kedua, membaca takbir sebanyak 5x seraya mengangkat tangan, di antara setiap takbir itu membaca secara pelan (sirr): "Subhanallah wal hamdulillah wa laa ilaha illallah wallahu Akbar," seperti pada rakaat pertama.
Kemudian membaca Surat al-Fatihah dan surat pendek yang dihafal, disunnahkan Surat al-Ghasyiyah
8. Ruku', sujud, duduk di antara dua sujud, sujud kedua, tahiyyat dan diakhiri salam
9. Selesai salam, kemudian disunnahkan khutbah Idul Fitri (apabila dikerjakan secara berjamaah).
Baca juga: Doa Malam Idul Fitri, Keistimewaan Memanjatkan Doa di Malam Hari Raya
Khutbah Shalat Id
Khutbah Setelah Shalat ‘Id dilakukan setelah melaksanakan shalat.
Dalam Buku Panduan Ramadhan terbitan Pustaka Muslim dijelaskan, Rasulullah melaksanakan Shalat Ied Sebelum Khutbah.
Dari Ibnu ‘Umar, ia mengatakan, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Bakr, begitu pula ‘Umar biasa melaksanakan shalat ‘ied sebelum khutbah.”
Setelah melaksanakan shalat ‘ied, imam berdiri untuk melaksanakan khutbah ‘ied dengan sekali khutbah (bukan dua kali seperti khutbah Jum’at).
Tata Cara Khutbah
1. Membaca takbir 9x
2. Membaca tahmid (alhamdulillah)
3. Membaca shalawat (Allahumma shalli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad)
4. Ajakan bertaqwa kepada Allah SWT (ittaqullah)
5. Membaca ayat Al-Quran (sebisanya)
6. Materi Khutbah
7. Membaca doa untuk umat Islam (sebisanya)
Baca juga: Gambar dan Ucapan Selamat Lebaran 2021/Idul Fitri 1442 H dalam Bahasa Indonesia dan Inggris
Berikut ini contoh khutbah Idul Fitri 2021, yang Tribunnews.com kutip dari laman muhammadiyah.or.id:
"Allahu akbar Allahu akbar laa ilaaha illaalaahu allaahu akbar wa lillahilhamdu.
Alhamdulillah segala puji bagi Allah Tuhan Pelimpah cahaya dan kirana.
Dialah Allah, Yang Maha Awal tanpa permulaan, Yang Maha Akhir tanpa penghujung, dan Yang Maha Abadi tanpa perubahan.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, cahaya segala cahaya, pemimpin orang-orang saleh, kekasih Sang Penguasa Yang Maha Perkasa, pembawa berita gembira dari Yang Maha Pengampun, dan mata air teladan bagi umat manusia.
Demikian pula kepada keluarga dan para sahabat yang dimuliakan.
Semoga kita senantiasa menjadi hamba-hamba Allah yang terus memelihara keislaman, memperkuat keimanan, dan memperteguh keihsanan.
Di zaman tunggang-langgang seperti ini, rasa-rasanya merawat Islam, iman, dan ihsan adalah sesuatu yang sukar.
Karenanya, marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt, satu derajat lebih tinggi dari hari kemarin.
Jamaah Salat Idul Fitri rahimakumullah,
Satu bulan umat Islam menunaikan ibadah puasa Ramadan.
Menahan rasa lapar, dahaga, dan hasrat badaniah.
Bahkan, karena posisinya di tengah pandemi Covid-19, umat Islam juga harus menahan diri untuk tidak beraktivitas yang mengundang kerumunan orang.
Semua terjadi dalam suasana penuh keterbatasan.
Inilah proses penempaan diri, bila manusia menahan diri dari yang halal-halal saja mampu, apalagi menahan diri dari yang haram-haram.
Syukur walhamdulilah kita bisa merampungkan puasa Ramadan sebulan penuh—tentu atas izin—Nya dengan susah payah, adalah sebuah prestasi yang sangat menggembirakan.
Meski di balik semangat rohani, ada fisik yang menderita sebenarnya.
Namun penderitaan yang mengantarkan pada kebahagiaan, bukan penderitaan yang membinasakan.
Kebahagiaan itu tercermin dalam situasi fitri ini.
Secara spiritual, Idul Fitri kerap diartikan sebagai momen kemenangan bagi umat Islam, setelah melaksanakan ibadah puasa sebulan penuh.
Tatkala puasa dijalankan, setiap orang diminta mengendalikan fungsi fisik dan hasrat, agar tak terkepung pada perangkap dosa, sehingga bisa mengantar yang bersangkutan kepada fitrahnya yang asal.
Pada 10 hari terakhir Ramadhan, munajat malam terus menerus dipanjatkan dengan rendah hati dan suara lirih.
Tanpa sorotan kamera, pengeras suara, apalagi rekam-unggah-bagi di media sosial.
Pada malam-malam itu kaum Muslim giat berdoa mohon ampunan.
Sebab mereka sadar tak satu orang pun bisa menghindar dari dosa.
Sebuah hadis menyebutkan,
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ
Artinya: Semua anak Adam bersalah, dan orang terbaik saat bersalah adalah mereka yang bertobat (HR Tirmidzi 2499, Shahih at-Targhib 3139).
Kemustahilan menghindari dosa menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk Allah yang daif.
Pengakuan dosa adalah penegasan sebuah kesalahan.
Sebagai sifat asasi dalam diri manusia, tak ada alasan bagi seseorang untuk tidak memaafkan kesalahan orang lain.
Memaafkan memang tidak mudah, butuh proses dan perjuangan untuk melakukannya.
Namun di hari Idul Fitri ini, secara simbolik kita bersama-sama merayakan kesalahan dengan saling memaafkan.
Semua orang saling mengakui ada kesalahan dalam diri masing-masing, melepaskan rasa stres dan depresi akibat menyimpan dendam dan amarah yang menahun.
Tubuh dibebaskan dari belenggu-belenggu negatif yang mengotori jiwa dan pikiran.
Pada hari ini, ucapan selamat Idul Fitri dan maaf-memaafkan, hilir mudik masuk ke dalam telpon genggam kita.
Relasi-relasi kemanusiaan yang menerobos batas-batas ideologi, ras, suku, golongan, mazhab muncul secara tak terkendali.
Lebaran akhirnya tak mudah diberi tapal batas ras, kelas, bahkan ormas.
Allahu Akbar Allahu Akbar Walillahilhamd
Sebagai momentum kemenangan, di hari yang fitiri ini tak boleh ada satu orang pun yang menderita kelaparan.
Karena itu, zakat fitrah disyariatkan.
Hal ini sekaligus sebagai koreksi bahwa kemenangan tidak harus identik dengan menghancurkan.
Allah SWT berfirman,
خُذْ مِنْ اَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيْهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْۗ اِنَّ صَلٰوتَكَ سَكَنٌ لَّهُمْۗ وَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
Artinya: Ambillah zakat dari harta mereka, guna membersihkan dan menyucikan mereka, dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya doamu itu (menumbuhkan) ketenteraman jiwa bagi mereka. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui (QS. At-Taubah: 103).
Dalam zakat terdapat kewajiban intrinsik yang bersifat moral-etis bagi si kaya kepada si miskin.
Tujuannya menata struktur sosial agar orang kaya tidak sampai tenggelam dalam bianglala kehidupan yang penuh pesona duniawi dan orang miskin dapat memiliki kesempatan memperbaiki kualitas hidupnya.
Ma’asyira al-Muslimin Rahimakumullah,
Bila sebulan penuh kita praktikkan kebiasaan di bulan Ramadan dengan penuh pengahayatan, sebenarnya melatih orang tentang pentingnya maaf dan berbagi.
Meminta maaf sebagai pengakuan kesalahan dan memberi harta sebagai bentuk solidaritas merupakan kemenangan tanpa proses menghancurkan.
Akhirnya mari kita tutup rangkaian ibadah salat hari raya ini dengan bermunajat kepada Allah untuk selalu menjaga kesehatan, keimanan, dan ketakwaan kita.
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اَمَّا بَعْدُ
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ, وَالْمُؤْ مِنِيْنَ وَالْمُؤْ مِنَاتِ, اَلْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَاتِ, اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ, يَا قَاضِىَ الْحَاجَاتِ, وَيَا كَافِىَ الْمُهِمَّاتِ. اَللّهُمَّ اَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُ قْنَا اتِّبَاعَةَ, وَاَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً وَارْزُقْناَ اجْتِنَابَهُ, رَبَّنَا اتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الْاَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. اِنَّ اللهَ يَاْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ, اِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْىِ, يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Baca juga: Tetap Beroperasi Saat Idul Fitri, Ini Jadwal MRT
(Tribunnews.com/Daryono/Nuryanti)