TRIBUNNEWS.COM - Contoh teks naskah khotbah Idul Fitri 2021 dalam bahasa Indonesia berjudul Mengetuk Pintu Surga.
Contoh teks khotbah Idul Fitri 2021 berikut ditulis oleh Sekretaris Komisi Fatwa MUI Pusat, KH Miftahul Huda.
Pemerintah melalui Kementerian Agama (Kemenag) menetapkan 1 Syawal 1442 H atau Idul Fitri/Lebaran 2021 jatuh pada Kamis, 13 Mei 2021.
Keputusan tersebut didapat setelah Kemenag menggelar sidang isbat (penetapan) awal 1 Syawal pada Selasa (11/5/2021) kemarin.
Adapun saat Idul Fitri, umat Islam disunahkan untuk melaksanakan shalat sunah dua rakaat pada pagi hari atau yang disebut shalat Ied, kemudian mendengarkan khotbah yang disampaikan imam.
Bagi Anda yang mendapat tugas untuk berkhotbah, berikut contoh teks khotbah Idul Fitri 2021.
Baca juga: Contoh Naskah Khotbah Idul Fitri 1442 H: Ajaran Tentang Dua Kesadaran
Baca juga: Bacaan Niat dan Tata Cara Salat Idul Fitri 2021/1442 H, Lengkap dengan Contoh Khotbah
KH Miftahul Huda menulis materi khotbah Idul Fitri 2021 lewat situs resmi MUI, mui.or.id:
Khotbah Idul Fitri: Mengetuk Pintu Surga
Khotbah I
Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Ma’asyiral Muslimin, Jamaah Sholat Idul Fitri yang Diberkahi Allah SWT
Kehidupan di dunia ini sejatinya adalah sebuah ujian dan tidak ada satu pun orang hidup kecuali diuji oleh Allah SWT, bahkan para nabi dan utusan Allah pun tak luput dari ujian.
Sejak kita terlahir di dunia ini, kita dihadapkan dengan berbagai ujian, ketika akan memasuki sekolah ada ujian, di setiap kenaikan kelas ada ujian, dan bahkan mau lulus pun ada ujian.
Ketika akan melamar kerja kita diuji dan saat promosi jabatan pun pasti ada seleksi ujian.
Demikian juga, kehidupan dunia ini, sejatinya adalah ujian, di mana tempat kelulusannya adalah kehidupan akhirat kelak yaitu surga atau neraka, bahagia atau sengsara selamanya. Allah berfirman di awal Surat al-Mulk:
Ujian yang diselenggarakan oleh manusia tentu sangat berbeda dengan ujian yang diselenggarakan Allah SWT.
Ujian di sekolah maupun di dunia kerja sangat bersifat rahasia, jangankan jawabannya, soal-soalnya pun bersifat rahasia.
Sangat berbeda dengan ujian masuk surga, jangankan soal-soalnya, kunci jawaban pun sudah diberitahukan oleh Allah dan sudah menjadi rahasia umum.
Maka sungguh bodohlah kita jika tidak lulus masuk surga. Dan kunci masuk surga itu adalah kalimah la ilaha illa Allah.
Itu adalah kalimat Tauhid, yaitu kalimat pembeda antara muslim dan non-muslim, kalimat penentu kebahagiaan di surga atau kesengsaraan di neraka.
Nabi SAW bersabda:
“Sesungguhnya Allah mengharamkan seseorang yang mengucapkan la ilaha illa Allah dengan ikhlas karena Allah”.
Kalimat Tauhid di atas tentu bukan hanya sekedar diucapkan, tapi perlu diyakini dengan sepenuh hati bahwa tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Allah SWT dan keyakinan tersebut dibuktikan dengan pengabdian dan penghambaan diri kepada Allah dengan berbagai macam ibadah.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Di setiap Ramadan, kita selalu mendengar dan bahkan hafal hadis Rasulullah SAW yang artinya, “Ketika masuk bulan Ramadan maka syaitan-syaitan dibelenggu, pintu-pintu surga dibuka, dan pintu-pintu neraka ditutup” (HR Bukhari dan Muslim).
Memang begitulah keutamaan bulan Ramadan di mana setan-setan akan dibelenggu, pintu surga akan dibuka dan pintu neraka akan ditutup.
Tetapi hadis di atas tidak tepat dimaknai secara tekstual. Untuk memahaminya perlu memahami makna majazi.
Setan dibelenggu di bulan Ramadan bukan berarti setan tidak akan menggoda manusia untuk melakukan perbuatan dosa.
Buktinya saat puasa pun masih banyak yang tidak shalat dan batal puasa lantaran tidak kuat menahan lapar dan akhirnya pergi mencari makan.
Secara majazi, setan dibelenggu berarti umat Islam yang menjalankan ibadah puasa diberikan kemampuan lebih oleh Allah untuk tidak menuruti bisikan-bisikan setan.
Lantas bagaimana dengan adanya kata pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup?
Maksud pintu surga dibuka karena di bulan puasa amal shaleh akan dilipat gandakan pahalanya sehingga kesempatan masuk surga jadi lebih besar.
Sedangkan pintu neraka ditutup berarti di bulan puasa kesempatan kita untuk melakukan perbuatan dosa lebih kecil dibandingkan dengan bulan-bulan biasa.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Kalimat Tauhid yang sudah kita punyai dan kita simpan dalam hati, bisa jadi tidak dapat kita gunakan untuk membuka pintu-pintu surga.
Hal itu dikarenakan pintu surga terkunci dari dalam. Maka oleh karena itu kita perlu mengetuk pintu-pintu tersebut.
Ada satu hadis yang mencakup amalan-amalan yang dapat mengetuk pintu-pintu surga, yaitu hadis yang berbunyi:
Nasihat ini disampaikan oleh Nabi SAW saat memasuki kota Madinah. Dalam hadis tersebut ada empat amalan yang dapat membantu kita mengetuk dan membuka pintu surga:
Pertama, menebarkan salam. Salam secara bahasa dipahami sebagai ucapan, yaitu assalamu‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Dan ini adalah ucapan salam yang harus kita jadikan sebagai tradisi baik kita.
Salam juga dimaknai sebagai keselamatan dan perdamaian. Setiap muslim di manapun berada dituntut untut menebarkan keselamatan dan perdamaian, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan, sebagai wujud keimanan kepada Allah SWT.
Dan tidak patut seorang muslim menimbulkan keresahan, kerusakan, dan kehancuran tatanan kehidupan, karena itu menjadi penghalang baginya untuk masuk surga.
Kedua, Memberi makan. Di antara hikmah diwajibkannya puasa Ramadan adalah agar kita dapat merasakan lapar dan dahaga.
Sementara, banyak orang yang lapar bukan karena puasa, tetapi kelaparan karena ketiadaan. Dan lapar di sini tidak terbatas dengan kosongnya perut dari makanan dan minuman, tetapi kosongnya akal dari ilmu.
Maka, dalam konteks ini kita dituntut tidak hanya berbagi makanan sebagai nutrisi badan, tetapi juga berbagi donasi pendidikan sebagai nutrisi jiwa bagi yang membutuhkan.
Ketiga, menjalin silaturrahim atau kasih saying. Agama kita sangat menganjurkan untuk menjalin silaturrahim, karena silaturrahim mendatangkan manfaat yang luar biasa; 1) dapat memperpanjang umur dan melapangkan rezeki, 2) akan dijauhkan dari neraka, 3) menjadi salah satu sarana kita untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT, 4) dapat menjaga kerukunan dan keharmonisan dengan sesame, dan 5) dapat menjadikan kita sebagai makhluk yang mulia.
Maka momentum Idul Fitri ini sangat tepat kita manfaatkan untuk bersilaturrahim kepada orang tua, keluarga, sanak saudara, tetangga, mitra kerja dan kepada semuanya, tetapi tentu harus tetap mejaga protokol kesehatan.
Keempat, shalat malam. Shalat sunnah yang paling besar pahalanya adalah qiyamul lail.
Semoga ritual shalat tarawih, shalat witir, dan bangun malam untuk sahur yang kita lakukan sebulan kemarin mampu kita pertahankan selama sebelas bulan ke depan, sehingga tujuan diwajibkannya puasa dapat terwujud yaitu terwujudnya jiwa yang bertakwa dan hadirnya jiwa-jiwa yang shalih yang suka menebar kebajikan, keselamatan, dan perdamaian, serta jiwa yang peduli terhadap kemiskinan dan ramah terhadap lingkungan.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Demikian khotbah singkat pada kesempatan ini, semoga bermanfaat bagi kita semuanya.
Semoga Allah selalu membimbing kita di jalan yang lurus dan memberikan kekuatan kepada kita untuk beristiqamah di jalan tersebut. Amin ya rabbal‘alamiin.
Khotbah II
Baca juga: Teks Naskah khotbah Idul Fitri 2021 dalam Bahasa Jawa: Silaturahmi ing Swasana Pandemi
Baca juga: Tata Cara Sholat Idul Fitri di Rumah, Lengkap dengan Teks Materi khotbah Singkat
Berita lain seputar Lebaran 2021
(Tribunnews.com/Rica Agustina)