Laporan Wartawan Tribunnews.com, Reynas Abdila
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Deputy Chief of Mission Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Kairo M. Aji Surya mengatakan Indoensia memiliki kesamaan tradisi Ramadan dengan Mesir.
Dia mengatakan kesamaan yang paling terlihat adalah tradisi Mesaharaty atau membangunkan orang sahur.
"Bedanya di Mesir orang-orang membangunkan sahur dengan cara menabuh tablah (sejenis rebana) sambil bernyanyi. Sementera di Indonesia lazim menggunakan bedug," kata Aji kepada Tribun Network, Selasa (5/4/2022).
Pemerintah Mesir, kata dia, sudah mulai melonggarkan aturan kepada warganya seiring kasus Covid-19 yang melandai.
Ramadan tahun ini masyarakat menjalankan rutinitas hampir sepenuhnya normal, mulai dari buka puasa dan sahur bersama, salat tarawih serta pengajian-pengajian.
Baca juga: Ramadan Ini, Muslim Di Italia Sumbangkan Zakat untuk Konflik Ukraina
Bahkan Pemerintah membolehkan cafe-cafe, restoran buka sampai jam 2 pagi (waktu sahur), bahkan delivery sepanjang waktu.
"Kegiatan yang masih belum dibolehkan yaitu i’tikaf atau berdiam diri di masjid. Setelah salat tarawih masjid-masjid di seluruh Mesir akan langsung ditutup," urai Aji.
Baca juga: Sambut Ramadan, BSI Ajak Masyarakat Berbelanja untuk Bersedekah ke Kaum Dhuafa
Aji menceritakan kegiatan khas Ramadan di Kairo yang tak luput setiap tahunnya adalah maidaturrahman atau tenda-tenda di tepi jalan yang dekat dengan keramaian sebagai tempat jamuan buka puasa gratis.
Baca juga: Kondisi Muslim Menjalani Ramadan di Ukraina di Tengah Situasi Perang
Menu makanannya yang diberikan beragam dari mulai roti, nasi, ikan hingga daging kambing.
"Siapa saja boleh ikut makan hidangan buka dengan gratis selama persediaan makanan dan minuman masih cukup," terangnya.
Selain maidaturrahman, di jalan-jalan kota Kairo dapat dengan mudah ditemukan orang-orang yang membagi-bagi takjil gratis kepada pengendara yang melintas.
Biasanya berupa kurma, jus kemasan dan air mineral.
Aji mengatakan kebiasaan warga Mesir yang paling kentara saat Ramadan adalah aktivitas mereka yang bergeser ke malam hari, terutama bagi yang berjualan di toko-toko.
Pagi hingga siang pertokoan banyak yang tutup dan baru akan buka menjelang sore hari atau bahkan setelah salat tarawih.
Kebiasaan tersebut disebabkan karena warga Mesir selama Ramadhan hampir tidak tidur pada malam hari.
"Mereka biasanya baru tidur setelah salat subuh. Waktu malam digunakan untuk berkumpul bersama keluarga di cafe-cafe dan taman hingga waktu sahur tiba," tutur Pakdhe Aji.
Sebaliknya dari sahur, untuk berbuka puasa warga Mesir lebih memilih di rumah masing-masing dengan makanan buatan sendiri.