TRIBUNNEWS.COM, YOGYA - SUASANA di sekitar depan pintu masuk ruang Instalasi Kedokteran Forensik (IKF) RS DR Sardjito dipenuhi kerumunan orang. Beberapa keluarga jenazah korban sapuan awan panas Gunung Merapi yang berhasil teridentifikasi mulai berdatangan untuk membawa pulang. Keluarga korban tampak diselimuti duka mendalam.
Sejumlah mobil ambulans disiapkan untuk membawa jenazah tersebut. Satu mobil ambulan itu sengaja diparkir tepat di mulut pintu. Hal itu dilakukan supaya memudahkan petugas memindahkan jenazah ke ambulan. Isak tangis keluarga mulai pecah.
Suci Ratna Sari, (19), mahasiswi tidak bisa lagi menyembunyikan kesedihannya. Air matanya membasahi pipinya yang sebagian tertutup masker untuk menutupi mulut dan hidungya dari debu vulkanik. Suci kelihatan syok dan belum bisa diajak bicara. Seorang keluarga mencoba menenangkannya dengan memeluk Suci yang lemas itu dengan erat.
Suci selamat dari sapuan awan panas yang menerjang rumahnya di dusun Bronggang, Argomulyo, Cangkringan. Namun tidak dengan kakaknya, Yeni Fatimah Eka Sari (20) yang tewas. Kini jenazahnya berada di ruang IFK RS DR Sardjito.
"Ibunya Suci hilang. Ayah dan adiknya masih dirawat di RS Bhayangkara karena luka bakar. Dia satu-satu yang selamat dari kejadian itu karena ada yang narik dia ke luar dusun saat evakuasi," kata seorang pria yang mengaku keluarga Ratna, Sabtu, (06/11/2010), di depan ruang IFK RS DR Sardjito.
Padahal, dua hari lalu Suci juga datang ke rumah sakit ini untuk berobat. Dia mengalami kecelakaan sepeda motor. "Dia sempat dirawat. Tetapi langsung pulang dan menjalani rawat jalan," ujar kerabatnya itu.
Tak disangka-sangka Suci kembali ke rumah sakit tersebut dengan kondisi berbeda, dia menjemput jenazah kakaknya yang tewas karena sapuan awan panas gunung Merapi. "Mudah-mudahan, Suci nggak akan menjemput jenazah keluarganya lagi," harap kerabatnya itu.
Kakaknya Tewas dan Sang Ibu Tak Tahu Dimana
Editor: Prawira
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger