Laporan wartawan Tribunnews, Iman Suryanto
TRIBUNNEWS.COM, SLEMAN – Jika kita baru tiba di daerah baru, maka butuh waktu untuk bisa beradaptasi. Baik itu adaptasi dengan lingkungan maupun masyarakat sekitar.
Namun hal itu tidak berlaku bagi relawan yang tergabung dalam Relawan Peduli Merapi. Rabu (10/11/2010) siang itu, meski seluruh tubuh dipenuhi debu dan mengalami dehidarasi pasca melakukan evakuasi korban Merapi, tak terlihat kebingungan atau kelelahan dari mereka.
Sudah dua minggu lamanya para relawan dari berbagai elemen bersatu untuk berjibaku membantu proses evakuasi yang sangat dibutuhkan para pengungsi.
Seperti yang terlihat di Posko Pasar Jambon,terlihat puluhan relawan dari berbagai elemen bersama-sama dengan TNI dan Polri, bahu-membahu melakukan pencarian jasad korban Merapi yang masih tertinggal di beberapa dusun. Para relawan itu tampak bercengkarama di waktu luangnya.
“Kami tidak mementingkan siapa dia, apa dia dan dari mana dia, yang penting memiliki satu tujuan yang sama dengan kami, ingin membantu dan mengevakusi korban merapi maka dia bagian dari kita,” jelas Brigadir Kasiyat, Danki Brimob Polda DIY ketika ditanya mengenai banyaknya relawan yang turut serta proses pencarian.
Brigadir Kasiyat merupakan sosok yang paling menonjol dalam proses menstrategikan setiap pergerakan evakuasi. Bersama Kapten Joko dari kompi 403/WP , Kasiyat sering terlibat perdebatan dalam menentukan arah dan tujuan yang dianggap aman yang akan dilalui oleh tim evakuasi.
Bermodalkan alas tanah berdebu vulkanik dan sebatang ranting pohon kedua orang ini selalu memetakan setiap langkah kedepannya dihadapan awak media serta para relawan. Mereka merancang bak persiapan penyerbuan dalam peperangan.
”Bagi saya selain keselamatan yang kita utamakan, juga agar tidak sampai terjadi korban yagn berikutnya dari tim evakuasi kita,” jelas Kasiyat.
Bermodal Peta Tanah Melawan Wedhus Gembel
Editor: Prawira
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger