Laporan Wartawan Tribun Jabar, Dezan Zein
TRIBUNNEWS.COM, GARUT - Ghaniyya Yunthafa (26), warga Komplek Pesantren Rancabogo, RT 01/04, Desa Pataruman, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut sangat berharap suaminya, Muhammad Anwar (35), yang saat ini masih berada di Libya untuk dapat segera pulang ke Indonesia.
Ghaniyya mengaku sangat mengkhawatirkan keselamatan suaminya mengingat terjadinya kekisruhan politik di Libya. Apalagi saat ini kondisi itu diperparah dengan gencarnya serangan tentara koalisi ke Libya.
"Saya berharap suami saya dapat segera pulang ke Tanah Air. Jika masih di sana, saya khawatir terjadi apa-apa," katanya dengan wajah sendu saat ditemui di rumahnya, Senin (28/3/2011).
Saat ini, ia mengaku hanya bisa berdoa demi keselamatan Anwar yang bekerja sebagai staf KBRI di Libya. Apalagi kata dia, sejak 19 Maret lalu, ia kehilangan kontak dengan sang suami.
Sejak serangan tentara koalisi dimulai, ia mengaku tidak pernah mau melihat berita di televisi atau membaca berita di surat kabar. Ia mengaku merasakan takut dan cemas setiap kali melihat atau membaca berita mengenai Libya yang dibombardir sekutu.
"Jaringan komunikasi seperti telepon, internet, bahkan SMS terputus total selama beberapa hari. Kami di sini hanya mendengar kabar bahwa memang komunikasi di sana sedang diblok. Hal ini tentu membuat kami sangat cemas," katanya.
Namun akhirnya dua hari, tepatnya Sabtu (26/3/2011) lalu Ghaniyya kembali bisa berkomunikasi dengan suaminya. Secara tiba-tiba, suaminya kembali mengabari pihak keluarga di Garut melalui sambungan telepon.
Menurutnya, saat itu, suaminya mengabarkan bahwa dirinya tengah berada di Kota Tunis, ibu kota Tunisia. Di sana, kata dia, sang suami tengah bertugas mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) dari Libya ke Tunisia.
"Dua hari lalu dia menelpon kami. Katanya sedang berada di Tunisia mengevakuasi WNI yang masih ada di Libya. Alhamdulillah dia selamat," kata wanita berkerudung itu.
Kecemasan serupa juga dirasakan orangtua Ghaniyya yang juga mertua Muhammad Anwar, Dadang Hermawan (52). Ia menginginkan agar menantunya tersebut segera pulang untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan.
"Saat menelpon, dia (Anwar) memang terlihat mencoba menenangkan kami. Mungkin agar kami di sini nggak terlalu khawatir akan keselamatannya," kata Dadang seraya berharap menantunya itu segera pulang.
Sang menantu yang menikahi anaknya sejak enam tahun silam itu, kata Dadang, memang hanya menjalankan tugas di Libya dan bukan menjadi sasaran pihak tentara sekutu. Namun demikian, kecemasan tetap saja ada di benak pihak keluarga karena tak menutup kemungkinan adanya warga sipil yang menjadi korban salah sasaran misil tentara koalisi.
"Kami takut bila serangan misil dari sekutu akan salah sasaran," ujarnya.
Selama ini, kata dia, ia dan keluarga besarnya terus menerus memanjatkan salat malam dan berdoa untuk keselamatan Muhammad Anwar. Bahkan, beberapa waktu lalu, mereka juga sempat menggelar doa bersama untuk keselamatan Anwar.
Ghaniyya Berharap Suaminya Segera Pulang
Editor: Anwar Sadat Guna
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger