Laporan Tribun Kaltim, Rafan A Dwinanto
TRIBUNNEWS.COM SAMARINDA,- Penerapan redenominasi atau penyerderhanaan digit mata uang yang kini tengah direncanakan, dikhawatirkan menimbulkan gejolak di masyarakat. Demikian diungkapkan Kepala Bank Indonesia (BI) Kaltim, Amireza Maruf, usai memimpin Konsultasi Publik bertajuk redonominasi bersama sejumlah kepala cabang perbankan di Samarinda, Rabu (6/2/2013).
Jika tak disampaikan dengan benar, penerapa redonominasi bakal memicu timbulnya rush di masyarakat. "Masyarakat akan berbondong-bondong mengambil dananya yang tersimpan di bank secara besar-besaran. Kalau terjadi demikian, maka perekonomian bisa terganggu," ujar Amireza.
Selain mengambil uang di bank, masyarakat juga akan melakukan pembelian besar-besaran terhadap barang tertentu. "Uangnya diambil di bank, kemudian dibelikan barang tertentu yang sebenarnya kurang perlu karena takut uang jadi tak bernilai. Ini menimbulkan menipisnya stok barang tertentu dan bisa memengaruhi perekonomian juga," katanya lagi.
Untuk itu, BI melakukan konsultasi publik mengenari rencana redenominasi ini kepada perbankan di Kaltim. "Harapannya, bank-bank ini sebagai front liner untuk menyampaikan dengan benar ke masyarakat sehingga tidak terjadi kepanikan," papar Amireza.
Redenominasi, kata Amireza bertolak belakang dengan Sanering. Redonominasi hanya penyederhanaan digit mata uang tanpa mengurangi daya beli dari uang tersebut. Berbeda dengan Sanering yang mengakibatkan daya beli masyarakat menurun.
"Misalnya sekarang harga sekaleng susu Rp 50 ribu, setelah redonominasi, harga susu turun menjadi Rp 50 sesuai, redonominasi tiga digit nol. Tapi kalau Sanering, uang Rp 50.000 jadi Rp 50, sedangkan harga sekaleng susu tetap Rp 50.000," jelasnya
Baca Juga :
- Daripada Polisi Tidur, Sebaiknya Pasang Rambu Batas Kecepatan 8 menit lalu
- Pulihkan Ekonomi Korban Kebakaran 15 menit lalu
- Syamsu Niang Seleksi 11 Calon Wakil Adil Patu 42 menit lalu