TRIBUNNEWS.COM, PEKANBARU - Suasana haru mewarnai kedatangan tujuh tersangka korupsi PON Riau di Lapas Kelas II A Pekanbaru, Kamis (14/3/2013). Keluarga tersangka yang sudah menunggu kehadiran orang tercintanya sampai pukul 16.30 WIB, langsung mendekat sesaat iring-ringan tujuh orang tersangka yang merupakan anggota DPRD Riau ini memasuki lapas.
Keluarga Zulfan Heri serta Adrian Ali yang tampak larut saat melihat orang yang dicintainya itu kembali ke Pekanbaru setelah dua bulan berpisah. Peluk cium bertubi-tubi mendarat di pipi Zulfan Heri serta Adrian Ali. Tangis kecil pun sempat terlihat meski itu tertahan-tahan. Sembab mata menahan bulir yang akan jatuh jelas tampak.
Namun, ruang untuk berbagi kerinduan itu hanya sesaat, petugas dari kejaksaan langsung memboyong keduanya untuk memasuki ruangan lapas yang kemudian diringi tersangka Syarif Hidayat, Tengku Muhazza, Abubakar Siddik serta Roem Zein.
Raut wajah dari tujuh tersangka yang kemarin memakai baju KPK, meski tegar dan mengulum senyum, namun dari pandangan nanar kesedihan dan kerinduan itu tidak bisa dipungkiri. Menginjakkan kaki kembali di bumi lancang kuning.
Zulfan Heri pertama kali turun dari kendaraan tahanan, langsung disapa kolega serta lawyernya yang juga sudah menanti. Zulfan tampah membawa sebuah tas.
Zulfan diikuti adrian Ali, Syarif Hidayat, kemudian Tengku Muhazza, Tourichan Asyari, Abubakar Siddik kemudian Roem Zein. Abubakar sendiri masih dengan gaya dan stylenya, masih mengulum senyum. Sapa dan ajakan berjabat tangan sempat diladeni politi Golkar ini.
Demikian juga saat Tribun Pekanbaru (Tribunnews.com Network) berupaya menyapa dan menjabat tangannya.
"Alhamdulillah saya sehat-sehat saja, " ujar Abu sembari terus berjalan menuju pintu lapas.
Sesaat setelah ketujuhnya masuk lapas, keluarga tersangka memposisikan diri pada kendaraan masing-masing. Hampir semuanya membawa bekal baik itu makanan, pakaian, bantal serta keperluan lainnya.
Tak terkecuali Juariah istri tersangka Roem Zein. Perempuan paruh baya ini tampak mempersiapkan perbekalan untuk suami tercinta. Dibantu keluarganya yang lain serta kuasa hukum suaminya, Juriah berupaya mengantarkan bekal yang dibawanya.
Juriah begitu setia dan terus menunggu hingga pukul 18.00 WIB hanya sekedar memastikan semua bekal sudah diserahkan ke pihak lapas.
Kekhawatiran sempat terlihat dari wajahnya tatkala petugas lapas sempat membuka pintu dan meminta obat batuk pesanan Roem Zein. Juriah dengan cekatan mencari obat yang dimaksud, sampai akhirnya obat yang berada didalam tas berwarna hitam itu ia dapati kemudian diserahkan ke petugas.
Sejurus kemudian, Juriah sempat melihat-lihat jadwal bezuk yang terpampang di dinding pintu masuk lapas. Sesekali ia bercerita dengan keluarga tersangka lain yang juga antusias menjadwalkan pertemuan sesuai dengan aturan jam besuk yang terpampang itu.
Lalu ia memisahkan diri dan menyandarkan bahunya di tiang beton persis di depan pintu masuk lapas. Pandangannya nanar dan jelas ada kerinduan serta kecemasan.
"Ya tentunya rindu bisa pulang ke rumah. Bukan disini, " ujar Juriah saat Tribun Pekanbaru menyapa.