TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR -- Ketua Pengurus Wilayah (PW) Muhammadiyah Sulsel KH Muh Alwi Uddin menilai kerusuhan di Palopo, murni kriminal, bukan karena disusupi teroris.
Direktur Lembaga Advokasi Pendidikan Anak Rakyat (LAPAR) Sulsel Abdul Karim dan pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Dr Firdaus Muhammad juga menyebut kerusuhan itu belum pantas disebut aksi teroris.
"Terlalu jauh mengaitkan kerusuhan Palopo dengan penyusupan teroris. Intinya, kejadian di Palopo itu karena nilai-nilai Islam tidak difungsikan oleh masyarakat. Ini satu bukti ketidakmatangan berdemokrasi di masyarakat," jelas Alwi.
Menurut Karim, julukan teroris semacam makhluk ilusi selalu dibicarakan, tetapi tidak pernah diketahui siapa orangnya.
"Intinya, julukan teroris menjadi wacana saja. Jadi memang gampang dipolitisasi. Ketika sudah diwacanakan pelakunya adalah teroris, maka seolah-olah masalah dianggap selesai, bisa dijadikan cuci tangan," kata Karim.
Aksi anarkis di Palopo dua hari lalu, lanjut Karim, adalah masalah besar bagi elite. “Ini adalah bukti kegagalan elite mengedepankan demokrasi. Elite politik hanya memandang pilkada sebagai ruang perebutan kekuasaan, bukan ruang seleksi,” ujar Karim.
Firdaus juga tidak sepakat jika pelakunya disebut nelayan. “Nelayan dan teroris, saya rasa itu sama-sama tidak tepat. Kalau ada yang menyebut teroris ini, pantas diduga orang itu akan cuci tangan,” kata Firdaus. (Tribun Timur/cr1/sud/rud/ilo)