Tribunnews.com, Yogya — Meski hujan deras mengguyur Yogyakarta, sebanyak 50 orang yang tergabung dalam Pemuda Yogyakarta Anti Premanisme tetap semangat menggelar aksi simpatik di Tugu Yogyakarta guna menolak premanisme di kota pelajar dan budaya ini, Minggu (7/4/2013).
Aksi penolakan terhadap premanisme terlihat dari tulisan di spanduk-spanduk yang mereka bawa, di antaranya berisi "Sejuta preman mati, rakyat Yogya tidak rugi" dan "Tempat hiburan malam (diskotek, cafe, dll) biang onar tutup saja, hingga Jogja nyaman tanpa preman".
Aksi simpatik di Tugu Yogyakarta juga diwarnai dengan pengumpulan koin solidaritas untuk Sersan Kepala Heru Santoso dan Sersan Satu Sriyono yang akan diserahkan langsung kepada keluarga.
Koordinator aksi, Hutomo, mengatakan, aksi ini merupakan bentuk rasa kebersamaan untuk menyatakan dan menentang segala bentuk aksi premanisme yang ada di Yogyakarta.
"Secara langsung atau tidak langsung, TNI telah membuat Yogya aman dan nyaman, terbebas dari kekuasaan preman," terangnya.
Ia berharap Polri dan TNI bisa membuktikan fungsinya dalam menjaga citra Yogyakarta sebagai kota pelajar, budaya, dan perjuangan agar bebas dari para preman.
Menurutnya, aksi di Tugu Yogya yang mereka lakukan sebagai wujud kepedulian dan rasa tanggung jawab mereka sebagai pemuda demi kenyamanan Yogyakarta.
Seusai berorasi dan mengumpulkan koin solidaritas, massa aksi bergerak menuju gedung DPRD Provinsi DIY. Di sana, foto Alm Serka Heru Santoso yang dibawa diletakkan di patung Jenderal Sudirman yang ada di halaman kantor DPRD. Aksi ditutup dengan doa bersama untuk Serka Heru Santoso, Sertu Sriyono, dan kedamaian Yogyakarta.
Sersan Kepala Heru Santoso dibunuh empat orang di dalam Hugo's Cafe. Pembunuhan itu menjadi pangkal aksi penyerangan LP Cebongan yang menewaskan empat orang.
Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus (Kopassus) Mayor Jenderal TNI Agus Soetomo mengatakan, keberadaan Serka Heru di dalam kafe tersebut terkait dengan jabatannya sebagai anggota intel. Artinya, keberadaannya di dalam kafe tersebut pun dalam rangka tugas.
"Serka Heru itu, kan, orang intel. Di wilayah, kan, ada intel Kodam, Korem, jadi Kopassus karena itu di Jawa Tengah, masuk ke intel itu," ujar Agus kepada wartawan seusai acara bersih-bersih Kali Ciliwung di Kompleks Kopassus, Cijantung, Jakarta Timur, Jumat (5/4/2013) pagi.
Menurut Agus, tugas anggota intel adalah untuk mencari informasi sebanyak-banyaknya dari lapangan, kemudian dilaporkan ke dalam rapat setiap bulannya di kesatuan masing-masing yang dinamakan Rakominda. Namun, Agus pun tidak melanjutkan secara rinci tugas yang dimaksud.
Diberitakan sebelumnya, TNI AD menyebut bahwa para pelaku penyerangan Lapas Cebongan adalah oknum Grup II Komando Pasukan Khusus Kartasura, Jawa Tengah. Penyerbuan diduga melibatkan 11 anggota Kopassus dengan satu orang sebagai eksekutor. Mereka membawa enam pucuk senjata api, yaitu tiga senjata AK-47, dua pucuk AK-47 replika, dan satu pucuk pistol SIG Sauer replika. AK-47 dibawa dari markas pelatihan di Gunung Lawu.
Penyerangan itu disebut berlatar belakang jiwa korsa yang kuat terkait pembunuhan Serka Heru di Hugo's Cafe. Empat tersangka pembunuhan Serka Heru yang kemudian ditembak mati adalah Gameliel Yermiyanto Rohi Riwu, Adrianus Candra Galaja, Hendrik Angel Sahetapi alias Deki, dan Yohanes Juan Manbait.