News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Lion Air Mendarat di Laut

Bahaya Wind Shear dan Microburst

Editor: Budi Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Foto terakhir pesawat Lion Air yang jatuh di laut saat akan mendarat di Bandara Ngurah Rai

TRIBUNNEWS.COM   SURABAYA- Di antara fase-fase lainnya dalam operasi penerbangan, fase take off dan landing adalah fase paling kritis dan berbahaya dalam operasi penerbangan.

Namun dari kedua fase itu fase mendarat ternyata banyak menyebabkan celaka. Ini dapat dilihat dari penelitian Boeing yang dilakukan pada periode 1950-2004 dimana mayoritas kecelakaan terjadi pada tahap take off (sebesar 17 persen) dan landing (sebesar 51  persen).

Apa penyebabnya sehingga fase landing lebih berbahaya? Banyak faktor, tetapi dari apa yang menimpa Lion Air, faktor cuaca memungkinkan terjadinya kecelakaan selain CFIT (Controlled Flight Into Terrain, dan wind turbulence, tulisan ini akan ditulis terpisah

Wind Shear adalah angin yang berubah secara tiba-tiba. Paling berbahaya jika terjadi perubahan 180 derajat. Angin dari arah depan mendadak berubah arah menjadi dari arah belakang mengakibatkan pesawat kehilangan gaya angkat secara tiba-tiba.

Sedangkan microbust diakibatkan dari awan comulunimbus (Cb). Saat terjadi badai di awan gelap itu maka muncullah microburst musuh utama penerbang dan siapapun akan berusaha menghindari. Karena jika terjadi downdraft (gaya ke bawah) yang disebabkan microbust, tak ada ampun pesawat sebesar apapun mampu dibanting sampai jatuh.

Beberapa kecelakaan fatal pesawat terbang terjadi karena fenomena microburst ini. Salah satu yang paling terkenal adalah jatuhnya pesawat Lockheed TriStar milik maskapai Delta Air Lines nomor penerbangan 191, sesaat sebelum mendarat di bandara internasional Dallas-Fort Worth di Texas, Amerika Serikat, 2 Agustus 1985.

Dalam kecelakaan tersebut, yang diangkat menjadi salah satu episode acara Air Crash Investigations di National Geographic Channel itu, 135 orang tewas.

Kecelakaan pesawat Boeing MD-82 milik Lion Air di Bandara Adi Soemarmo, Solo, Jawa Tengah, 30 November 2004, yang menewaskan 23 penumpang, diduga disebabkan microburst.

Terakhir, kecelakaan pesawat Boeing 737-700 milik maskapai Aerovias de Integracion Regional SA (AIRES) di Pulau San Andres, Kolombia, 16 Agustus 2010, juga diduga disebabkan microburst.

Semua pesawat itu jatuh dalam kondisi cuaca buruk—kondisi yang mendukung terjadinya microburst—dan jatuhnya pesawat terjadi secara mendadak, seperti tiba-tiba dibanting ke tanah.

Otoritas penerbangan Amerika, FAA (Federal Aviation Administration) menaruh perhatian besar pada masalah ini sejak tahun 1960, sekitar 500 pesawat celaka atau nyaris celaka dengan pola yang hampir sama, dihempaskan baik saat take off maupun landing.

Fenomena yang kasat mata ini dan berlangsung singkat (rata-rata 10 menit) sulit dilacak. Pada dekade 90-an dipasang peralatan Low Level Windshear Alert System yang mampu memberikan peringatan dua menit sebelum microbust itu muncul.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini