Laporan Reporter Tribun Jogja, Ikrob Didik Irawan
TRIBUNNEWS.COM, SOLO - Seorang warga Dusun Cinderejo Lor RT 2 RW 5, Kelurahan Gilingan, Kecamatan Banjarsari, menjadi korban ledakan tabung elpiji. Korban tewas karena mengalami luka bakar para hingga 80 persen.
Warga tersebut bernama Sukimin (47) yang sehari-hari dikenal sebagai penjual mie ayam. Menurut penuturan Sulis, tetangga korban, peristiwa terjadi pada Rabu (17/4) lalu. Saat itu sekitar pukul 07.00, korban yang baru saja pulang dari pasar mendapati tabung gas bocor.
Kebocoran terjadi pada bagian tabung yang dihubungkan pada regulator. Korban kemudian mematikan seluruh kompor. Berniat menjauhkan dari kompor, korban yang memiliki tiga anak ini membawa tabung gas yang bocor ke kamar mandi.
"Tabung dibiarkan sekitar lima menit di dalam kamar mandi. Mungkin agar tak tersambar api," kata Sulis, salah seorang tetangga korban, Selasa (23/4). Saat korban kembali hendak mengecek tabung, tiba-tiba kamar mandi meladak keras dan mengeluarkan kepulan api yang terlihat hingga luar rumah.
Menurut Sulis, ledakan terdengar keras hingga mengagetkan warga sekitar. Ketika itu korban yang terkena ledakan masih bisa keluar rumah meminta pertolongan. "Korban teriak-teriak Allahuakbar sambil minta tolong," katanya.
Mendengar ledakan itu, Agus tetangga lainnya langsung masuk ke rumah. Ketika itu di dalam rumah tercium bau gas elpiji sangat menyengat. Api masih terlihat di ruang tamu dan membakar beberapa perabot. "Saya lihat pintu kamar mandi sudah lepas. Elpijinya juga masih menyemburkan," katanya yang kemudian membawa elpiji ke sungai belakang rumah.
Korban kemudian dibawa ke RS Brayat Minulya. Namun karena ruangan penuh, korban dipindahkan ke RS Dr Moewardi. Dariman, Ketua RT 2 RW 5 mengatakan, dari keterangan dokter korban mengalami luka bakar hingga 80 persen. Korban menjalani perawatan selama hampir sepekan kemudian meninggal pada Selesa (23/4).
"Saya lihat lukanya memang cukup banyak. Hanya bagian sekitar perut saja yang tidak kena luka bakar. Bagian luka paling parah terutama di kepala," kata Dariman lagi. Warga waktu itu tak melapor langsung ke polisi karena bingung. Warga baru melapor ke petugas setelah korban meninggal dunia. (*)