TRIBUNNEWS.COM, JEMBER -- Salah satu hacker, sebut saja Budi menceritakan hal tidak mengenakkan pernah terjadi ketika seorang anggota Jember Hacker Team (JHT) menjebol situs milik SMAN 2 Jember. Ketika sang anggota bisa masuk setelah menemukan celah keamanan, anggota itu memberitahu adminnya. Kebetulan sang admin juga tergabung dalam forum JHT.
“Namun setelah diberitahu dan diajak sharing, admin ini malah marah-marah. Jadi mungkin anggota ini mangkel atau gimana, akhirnya database-nya diambil semua. Tetapi tidak dihanguskan karena kami tekankan tidak boleh ada pembuangan data. Jadi data itu aman di tangan anggota itu,” tutur Budi sambil tersenyum kecut.
Akhirnya negosiasi baik-baik dilakukan oleh si admin, dan data itu pada akhirnya dikembalikan ke website SMAN 2 Jember. Keamanan di web itu juga pada akhirnya ditambahi. “Dikembalikan juga dengan gratis, ha..ha..ha,” lanjut Budi.
Seorang hacker yang men-deface laman sebuah web mempunyai sejumlah tujuan, lanjut Budi. Satu di antara tujuan yang paling sering adalah kepingin eksis alias dilihat. Tujuan lain memang ingin mencari celah keamanan dan memperbaikinya, baik si pemilik laman tahu maupun tidak tahu.
Bisa saja sang hacker membantu menambah keamanan sebuah web tanpa sepengatahuan pengelola web. Namun resikonya, si hacker bisa masuk kapan saja atau mengintip isi web, sementara si pemilik rumah tidak tahu.
Sementara di sisi lain, seorang hacker bisa menambah keamanan karena dimintai alias menjadi praktisi. “Kalau kami diminta pasti ada bayaran untuk jasa menjaga keamanan itu,” lanjut Budi.
Baik Budi maupun Adi mengakui bahwa sejumlah anggota JHT sudah sering masuk ke banyak web. Wildan Yani Ashari, merupakan salah satu contoh anggota JHT yang telah masuk ke ribuan web. Kepada Surya, Wildan mengaku biasanya memberitahu admin laman yang dimasukinya dan memberinya surat pemberitahuan kalau keamanan di website yang dikelolanya lemah.
“Tetapi kalau web-web gak penting sih enggak. Kalau web milik pemerintah atau sekolah, biasanya saya beritahu atau saya tambahi keamanannya tanpa mereka tahu,” ujar Wildan sambil tersenyum.
Wildan sendiri dalam berbagai kesempatan kepada Surya membantah bahwa dirinya salah satu anggota inti JHT.
Situs lain yang pernah dimasuki anggota JHT adalah milik Universitas Jember (Unej). Sebelum kasus Wildan merebak Januari lalu, website Unej dimasuki sang hacker. Si hacker memberitahu kalau keamanan website Unej lemah. “Kebetulan saya yang menerima pemberitahuan. Hacker itu bilang kalau keamanan di web Unej lemah. Saya menjawab email itu, bilang terimakasih kemudian saya sampaikan ke bagian TI dan celahnya diperbaiki. Tetapi tidak sampai dirusak,” ujar staf Humas Unej, Iim Fahmi Ilman.
Ketika dilacak, diketahui kalau orang yang memasuki situs Unej adalah seorang anggota JHT. Pascakejadian itu, Kepala UPT TI Unej Sudarko Phd menawari pengurus JHT untuk menjadi karyawan freelance, khusus menjaga keamanan laman juga server Unej. “Saya tawari pengurusnya, agar ada anggota yang bisa bantu di sini, tetapi ternyata tidak mau,” ujar Sudarko.
Penelusuran Surya, selain di Jember, masih banyak lagi hacker di Malang dan Surabaya yang mempunyai keahlian di atas rata-rata. Mereka semua butuh wadah dan tempat aktualisasi diri, sehingga bakat hebatnya tidak salah penggunaan.(uni/idl)