TRIBUNNEWS.COM, SUBULUSSALAM - Satgas SAR Kota Subulussalam bersama aparat kepolisian dan warga setempat, Minggu (12/5/2013), berhasil mengevakuasi seorang lagi korban insiden mobil terjun ke jurang sedalam 120 meter di Kawasan Kedabuhen, Desa Lae Ikan, Kecamatan Penanggalan.
Jenazah korban berjenis kelamin pria itu ditemukan sekitar pukul 13.30 WIB oleh warga yang sedang memancing di Sungai Lae Kombih, kawasan Pelayangan, Desa Buluh Dori, Kecamatan Simpang Kiri, atau berjarak sekitar 21 kilometer dari lokasi kejadian.
Sementara itu, lima korban lainnya hingga pukul 17.00 WIB belum juga ditemukan alias masih misteri. Upaya pencarian terus dilakukan meski kondisi arus sungai yang sangat deras sehingga menyulitkan penyelaman. Tim pencarian maupun warga dan aparat kepolisian hanya dapat mencari dengan menyisir dan menunggu di tepi sungai. Upaya pencarian yang dipimpin Kabag Ops Polres Aceh Singkil Kompol Sutan Siregar tersebut tersebar sejak di lokasi
kejadian hingga ke Kecamatan Runding, muara Sungai Lae Kombih.
Menurut Kapolres Aceh Singkil melalui Kompol Sutan Siregar, dugaan sementara musibah mobil jatuh tersebut akibat sopir mengantuk. Sutan juga mengatakan operasi pencarian korban akan berlangsung selama tiga hari, namun bisa saja ditambah melihat kondisi dan perkembangan lapangan. Pasalnya, hingga hari kedua pencarian mengalami kendala lantaran debit air Sungai Kombih yang mengalami kenaikan sehingga arus cukup deras.
Kompol Sutan juga mengatakan hingga hari kedua fisik mobil belum juga ditemukan. Hal itu lantaran kedalaman jurang lokasi mobil jatuh mencapai seratus meter bukan 30 meter seperti berita sebelumnya.
Sedangkan versi SAR Kota Subulussalam yang turun ke bawah jurang menggunakan tali, kedalamannya mencapai 120 meter. Sementara kedalaman sungai seperti disampaikan Satgas SAR Yudiansyah, mencapai lima meter dengan kondisi keruh dan arus cukup deras. Tak hanya itu, sungai yang di bawahnya terdapat hamparan batu dikabarkan berbentuk liang (gua) atau
berkamar-kamar.
"Tidak ada yang bisa menyelam, risikonya tinggi karena arusnya cukup deras, macam peluru deru air itu, keruh lagi," tutur Yudiansyah.
Hal serupa diakui Ardiansyah Rabidin, petugas Pos SAR Aceh Tenggara yang turun ke Subulussalam menambah bantuan pencarian korban. Ardiansyah bersama rekannya Dedi Apandi sempat turun ke dasar jurang, namun tak dapat menyelam lantaran tidak adanya bibir sungai tempat berpijak. Petugas mengaku kesulitan sehingga memutuskan untuk naik kembali ke atas dan mencari lokasi lainnya.
Berdasarkan catatan Serambi (Tribunnews.com Network) lintasan Dairi-Kota Subulussalam terutama sejak dari Jembatan Lae Leam (KM 20), Desa Sibande, Pakpak Bharat hingga Tanjakan Kedabuhen, Desa Lae Ikan, Kecamatan Penanggalan, Subulussalam rawan terjadi kecelakaan.
Pasalnya, hampir setiap bulan sepanjang lintasan tersebut menelan korbannya. Apalagi, kondisi ruas jalan di sana bagaikan ular, yaitu penuh dengan tikungan berbahaya ditambah jurang-jurang terjal dengan kedalaman mencapai 120 bahkan 150 meter di tepi jalan.
Secara rinci, lokasi-lokasi rawan kecelakaan seperti Jembatan Lae Leam (KM20), Desa Sibande, Jembatan Lae Sokan, Jembatan Lae Nantomel, Desa Binalun dan Buluh Didi, Desa Tanjung Mulia. Dari semua ini, daerah yang sangat berbahaya adalah Jembatan Lae Nantomel dan Buluh Didi karena korbannya selalu banyak.(kh)