TRIBUNNEWS.COM, SURABAYA - Rencana pengembangan terminal tiga bandara Juanda harus dibarengi dengan peningkatan infrastruktur, baik dari maupun yang akan menuju ke bandara. Karenanya, Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) Provinsi Jawa Timur berkeinginan untuk diwujudkannya jalur kereta api menuju bandara serta bus khusus yang hanya melayani perjalanan dari dan menuju bandara.
Keinginan itu diungkapkan Kepala Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur, Wahid Wahyudi. Ia mengatakan, angkutan jalan arteri primer di Jawa Timur, terutama yang menuju pelabuhan utama dan bandar utama, saat ini dianggap telah melebihi kapasitas.
”Karena itu moda transportasi lain harus segera dikembangkan,” kata Wahid, Senin (10/6/2013) di Surabaya.
Alternatif moda transportasi yang ingin dikembangkan Dinas Perhubungan dan LLAJ Jatim diantaranya kereta api bandara dan angkutan pemadu moda berupa yang langsung bergerak dari dan menuju bandara.
Untuk kereta api bandara, kata Wahid, saat ini telah disusun secara rinci desain engineering-nya. Bahkan wacana tersebut juga telah dibahas hingga tingkat pusat. Hanya saja Direktorat Jenderal Perkeretaapian masih belum bisa memberikan prioritas ke wacana tersebut.
”Dirjen Perkeretaapian masih memprioritasken penyelesaian double track utara dulu. Setelah double track utara ini selesai, kami berharap Dirjen Perkeretaapian bisa mengutamakan pengembangan kereta api ke lintas-lintas lain, salah satunya bandara,” ujarnya.
Sayangnya, Wahid belum membeberkan lebih detail terkait rencana pembangunan jalur kereta api dari dan menuju bandara Juanda tersebut.
Sedang terkait rencana menghadirkan angkutan pemadu moda, pihaknya juga berkeinginan untuk segera mengadakan bus-bus yang melayani perjalanan dua arah, baik dari bandara maupun ke bandara, yang terakses langsung dengan sejumlah kota lain di Jawa Timur.
“Kami juga merencanakan bus yang langsung dari bandara ke Malang, dari bandara ke Madiun, dari bandara ke Bojonegoro, dan dari bandara ke Sumenep. Bedanya dengan bus reguler, dari bandara bus ini akan mengangkut penumpang. Tapi selama perjalanan hanya boleh menurunkan penumpang, tidak boleh menaikkan. Kembalinya juga begitu, hanya boleh menaikkan penumpang yang tujuan ke bandara. Di jalan tidak boleh menurunkan penumpang di sembarang tempat,” ujarnya.
Seperti halnya rencana kereta api bandara, Wahid pun belum bisa memastikan kapan rencana itu bisa terealisasi.
”Ini masih menunggu dari Angkasa Pura,” katanya.