TRIBUNNEWS.COM, LAMONGAN - Zainul Arifin (33) diduga memiliki jaringan yang sangat rapi dan tertutup.
Bahkan, dalam urusan salat, warga RT 03/05, Dusun Semangu, Desa Blimbing, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur yang juga terduga pengebom bunuh diri Mapolres Poso dua pekan lalu, memiliki kelompok yang jumlahnya hanya sembilan orang.
Waktu salat subuh misalnya, jamaah ini menunaikannya tanpa lampu penerangan. Informasi tersebut diperoleh berdasarkan penelusuran Surya (Tribunnews.com Network), Selasa (18/6/2013).
Sepupu Zainul yang berprofesi sebagai guru, memastikan Zainul Arifin mengikuti sebuah aliran tertentu. Zainul mengikuti jamaah, dan itulah yang menjadikannya berubah sejak setahun terakhir.
Jumlah anggota jamaah hanya sembilan orang, termasuk Zainul Arifin. Anggota jamaah ini benar-benar tertutup dan tidak mudah untuk berkomunikasi dengan orang yang bukan kelompok sembilan orang itu.
"Orangtuanya sendiri, bahkan istrinya saja tidak tahu aliran yang telah diikuti Zainul Arifin," ungkap sumber yang wanti-wanti namanya tidak dipublikasikan.
Jumlah jamaah ini memang tidak banyak, tapi sangat sportif dalam menjalankan ibadah. Kabar yang sudah menyebar luas, mereka salat subuh hanya dengan kelompoknya, meskipun terkadang di antara salah satu jamaah ini sebelumnya sudah menjalankan salat subuh berjamaah dengan makmum lain.
Mereka akan mengulang jamaah salat subuh di musala, tanpa lampu penerang. Kalaupun ada lampu, akan dimatikan. Di situlah kesembilan orang ini melakukan salat berjamaah.
Kesembilan orang ini pendiam dan tidak banyak komunikasi kepada orang selain jamaahnya. Dalam setahun terakhir ada perubahan pada diri Zainul Arifin.
"Saya tidak tahu ikut aliran apa, tapi tahu-tahu memanjangkan jenggotnya," imbuh sang sepupu. (*)