Laporan Wartawan Tribun Pekanbaru, Harismanto
TRIBUNPEKANBARU.COM, PEKANBARU - Asian Agri telah menjalankan bisnis perkebunan kelapa sawit sejak tahun 1979 dan saat ini mempekerjakan lebih dari 25.000 karyawan. Selain ribuan karyawan yang menggantungkan kehidupannya pada perusahaan kelapa sawit tersebut, terdapat 29.000 petani plasma dan lebih dari 25.000 petani swadaya yang memasok buah kelapa sawit kepada Asian Agri.
Namun, adanya pemberitaan yang dari seorang pejabat negara yang mengatakan aset Asian Agri telah dibekukan, sehingga membuat para karyawan maupun masyarakat khawatir akan kehilangan mata pencarian yang menjadi tumpuan hidup keluarganya. Walau sebenarnya surat pemberitahuan resmi yang dikeluarkan kantor Kementerian Hukum dan HAM. RI tidak pernah menyatakan pembekuan aset Asian Agri.
Bisa dibayangkan berapa besar dampak dan efek berantainya. Berapa jumlah tenaga kerja yang akan kehilangan pekerjaannya, belum lagi nasib yang tidak menentu akan dialami oleh puluhan ribu kepala keluarga yang telah bertahun-tahun menggantungkan hidupnya dari kebun kelapa sawit demi menafkahi keluarga dan anak-anak mereka.
"Saya sekeluarga merasa resah dengan pemberitaan itu. Apalagi di perusahaan ini nggak hanya saya yang bekerja. Anak saya yang sudah berumahtangga dan beranak satu, juga bekerja di Asian Agri Group. Sampai saat ini kami sangat bergantung pada perusahaan yang telah menghidupi keluarga besar kami," ungkap Asnil Tanjung, karyawan yang telah bekerja lebih dari 20 tahun di perusahaan, kepada wartawan, Senin (1/7/2013) di Pekanbaru.
Ia merasa tak habis pikir, kenapa tiba-tiba saja ada pemberitaan seperti itu. Setahu dia, selama ini perusahaan selalu memperhatikan hak-hak karyawan. Baik itu gaji yang tepat waktu, beasiswa, THR dan lainnya.
"Sudah lebih 20 tahun saya bekerja di Asian Agri Group, dan selama ini saya tahu perusahaan selalu menjalankan kewajiban. Nggak mungkin rasanya perusahaan saya tidak membayar pajak. Kami tidak mengerti politik. Yang kami inginkan adalah terciptanya suasana yang baik agar kami bisa tetap bekerja untuk mencari nafkah dan menghidupi istri dan anak-anak kami," ucapnya.
Hal senada juga dikatakan S Gunawan dan N Sembiring. Dua orang karyawan Asian Agri Group bagian security ini juga mengaku terkejut dengan adanya pemberitaan itu. Padahal selama ini, setahu mereka tak ada masalah dengan perusahaan.
"Seharusnya pihak pemerintah lebih bijak mengeluarkan pernyataan. harusnya pemerintah memikirkan nasib kami.Tak hanya para karyawan, tapi juga masyarakat dari kebun plasma yang menjual hasil kebunnya ke pabrik dan menggantungkan hidupnya pada perusahaan ini," kata Gunawan, yang sudah 14 tahun bekerja di Asian Agri Group.
"Mengapa kami harus diberi pernyataan seperti itu. Kalau ada masalah apa-apa, seharusnya kan pemerintah bisa menyelesaikannya sesuai aturan yang berlaku. Jangan malah membuat pernyataan yang membuat gundah dan risau karyawan dan keluarganya," tambah Sembiring, yang sudah 17 tahun bekerja di Asian Agri Group.
Zainal Arifin Bangun, karyawan Asian Agri di Kebun Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau, mengaku selama 18 tahun bekerja di Asian Agri, ia tak pernah mendengar ada masalah apapun dengan perusahaan. "Kok tiba-tiba bisa begini? Kawan-kawan semua pada nanya, ini ada apa? Mereka yang menyampaikan berita-berita tersebut seolah ingin kami kehilangan pekerjaan dan anak-anak kami tidak bisa sekolah lagi," ungkapnya.
Perusahaan, tambah Erwin, HRD Regional II Asian Agri, perusahaan selalu membayar pajak. Malah semua hak-hak karyawan selalu dibayarkan sesuai aturan tenaga kerja yang berlaku. Termasuk semua sarana dan prasarana, seperti sekolah TK-SD. Kemudian ada uang transport untuk anak-anak karyawan yang SMP dan SMA. Selain itu perusahaan juga menyediakan rumah ibadah dan klinik.
"Kami yakin, perusahaan kami taat pajak. Kami sebagai karyawan berharap semua permasalahan ini bisa selesai dengan baik sesuai aturan, tanpa adanya pernyataan-pernyataan yang malah menimbulkan keresahaan di kalangan karyawan," ucap Erwin. (nto)