Laporan Reporter Tribun Jogja, M Nur Huda
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Mantan Kepala Lapas Klas II B Sleman (Lapas Cebongan), B Sukamto mengaku sudah mempunyai feeling bila aka nada penyerangan. Feeling itu muncul karena ada tahanan titipan dari Polda yang terlibat kasus pembunuhan anggota Kopassus.
Hal itu ia ungkapkan saat memberikan keterangan sebagai saksi dalam kasus penyerangan Lapas Cebongan pada sidang yang digelar di Pengadilan Militer II/11 Yogyakarta, Jumat (5/7/2013).
Sebelum adanya penyerangan, pada 22 Maret pukul 23.15 wib, ia menghubungi Kepala Pengamanan Lapas Margo Utomo guna menanyakan situasi. Saat itu ia memperoleh laporan bahwa Lapas dalam kondisi aman.
Ia kemudian memerintahkan bawahannya itu untuk tetap mengamankan situasi. "Karena kami berpikir ini adalah hal yang istimewa, karena baru empat hari kasusnya tapi sudah dititipkan di tempat kami oleh Polda,” katanya.
“Apalagi informasi sebelumnya mereka ditahan di Polda dengan pengawalan ketat dari Brimob. Maka kami antisipasi jangan-jangan di tempat kami akan mengalami serupa. Itu insting kami saja," katanya.
Menurutnya, penitipan itu terlalu cepat mengingat kasusnya cukup besar. Terlebih, saat itu sedang ramai kasus-kasus perusakan kantor lembaga lain yang dirusak oleh oknum tertentu.
"Beberapa waktu lalu di Polsek Tanjung Raja juga kena musibah, terus Markas Polres Oku dibakar. Hal-hal semacam itu semakin kuat tentang keberadaan institusi kami pada kondisi itu," ungkapnya.
Kemudian pada 23 Maret sekitar pukul 00.30 wib, ia ditelepon Kepala Keamanan Lapas bahwa ada dua anggota yang ingin mengambil tahanan. Namun tidak berapa lama, sambungan telepon terputus.
"Nomor tersebut kami hubungi lagi bisa masuk tapi enggak diangkat. Kemudian kami menghubungi telepon kantor, bisa masuk tapi tidak ada yang mengangkat. Saya punya perasaan tidak enak, enggak pernah Kepala Keamanan saya bermain-main soal laporan," katanya.
Saat itu, ia yang sedang berada di Bantul langsung menuju Sleman. Dalam perjalanan, ia menghubungi stafnya (Anita) yang rumahnya berdampingan dengan Lapas, supaya mengecek kondisi Lapas.
"Saya tunggu gak ada jawaban kembali dari Bu Anita. Pak Margo lalu nelpon lagi, dia melaporkan Lapas kita baru saja diserang, kami tidak tahu Pak, beberapa orang masuk membawa senjata lengkap, empat tahanan meninggal'," tutur Sukamto.
Sebelum ia menuju Lapas, ia terlebih dahulu menuju Polsek sekitar Lapas untuk melaporkan peristiwa tersebut. Tanpa turun dari mobil, ia mengajak anggota polisi menuju Lapas. Namun saat sampai di Lapas sudah ada dua anggota Polsek. (*)