Laporan Wartawan Tribun Manado, Lucky Kawengian
TRIBUNNEWS.COM, TONDADO - Virus flu burung kini positif ditemukan pada unggas yang mati mendadak di Kabupaten Minahasa, Provinsi Sulawesi Utara (Sulut). Selama tiga bulan terakhir, sebanyak 596 ekor ayam dan bebek milik warga Desa Panasen Kecamatan Kakas Barat Kabupaten Minahasa mati beruntun. Berdasarkan pemeriksaan cepat, ternak tersebut mati karena terkena virus flu burung (H5N1).
Saat diwawancarai Tribun Manado, Selasa (13/8/2013), Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulut, Ir Johanis Panelewen menjelaskan, berdasarkan pemeriksaan timnya, virus flu burung telah menjangkiti unggas di daerah tersebut. Laporan kasus ini baru diterimanya Senin (12/8/2013) malam dan dia langsung menurunkan tim ke Panasen untuk memantau dan mengambil tindakan awal.
"Kami langsung bereaksi melakukan penanganan pada kasus flu burung ini agar tidak menyebar lebih luas. Tahap awal kami memberlakukan status karantina unggas untuk daerah ini. Artinya, tidak boleh ada ternak unggas yang keluar atau masuk," tegasnya.
Anggota tim dokter hewan dari Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Kabupaten Minahasa, drh Luise Kumaunang mengatakan kasus di Desa Panasen mendapat perhatian dari Balai Besar Veteriner Maros, Sulawesi Selatan sebagai lembaga yang memeriksa virus flu burung yang menjangkiti ternak.
Sampel dari ayam dan bebek yang mati tidak akan dikirim ke sana, tetapi tim dari Balai Veteriner Maros yang akan turunlangsung ke Desa Panasen.
"Besok (hari ini) tim dari Balai Besar Veteriner Maros akan datang untuk melakukan tes secara lengkap pada ternak unggas di sini. Namun berdasarkan tes cepat yang kami lakukan, ternak ayam dan bebek yang mati positif flu burung," ujarnya.
Pada tahap awal pihaknya bersama Dinas Pertanian dan Peternakan Sulut melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian dengan cara pembersihan dan penyemprotan desinfektan pada kandang dan ternak unggas.
Kumtua Panasen, Rosye Sangkoy menjelaskan, dari total 596 ternak unggas yang mati, di antaranya 308 ekor ayam dan 288 ekor bebek. Semua unggas ini berasal dari 15 keluarga di desa tersebut.
Dia menjelaskan ternak unggas milik warga tidak mati sekaligus, tetapi mati secara bertahap. Biasanya satu pemilik menemukan lima sampai 10 ternak yang mati dalam sehari. Sampai ada pemeriksaan dari tim dokter hewan, warga tidak mengetahui kalau penyebab ayam mati mendadak itu karena virus flu burung.
"Kejadian ayam mati telah berlangsung tiga bulan terakhir dan kami tidak menyangka kalau itu karena virus flu burung. Di sini memang banyak warga yang memelihara ayam dan bebek. Bahkan ada pemilik yang 100 ekor ayamnya mati semua tanpa ada sisa," demikian Sangkoy.