Laporan Wartawan Tribun Kaltim: Sarassani
TRIBUNNEWS.COM TANA PASER - Bagi sebagian keluarga pasien, pengelolaan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Panglima Sebaya dianggap ribet dan membingungkan. Bagaimana tidak! admistrasi pendaftaran pasien di rumah sakit Km 5,5 (bangunan baru rumah sakit), dirawatnya di rumah sakit lama dim Km 2, mengapa tidak memilih satu tempat saja?
Akibatnya, keluarga pasien ruang rawat bedah dan ruang rawat anak harus sering bolak balik rumah sakit lama-rumah sakit baru. "Dimana-mana sulit dibikin mudah, bukan yang mudah dibikin sulit. Menang megahnya saja (rumah sakit baru), pelayanan hancur," kata Ahmad, keluarga pasien di ruang rawat anak, Senin (19/8/2013).
Keluhan yang sama disampaikan Suparmi, keluarga pasien penderita hernia yang dirawat di ruang rawat bedah rumah sakit lama. "Kemarin dikasih dua resep dokter, satu ditebus di apotik luar, satu lagi di apotik rumah sakit baru. Di rumah sakit lama tidak ada apotiknya, jadi harus balik lagi ke Km 5,5," kata Suparmi.
Saat menebus obat di apotik rumah sakit baru, lanjut Suparmi, ia melihat ada spanduk kecil bertuliskan; Mohon maaf pada masyarakat Kabupaten Paser, jika harus mengambil obat di luar apotik RSUD Panglima Sebaya. Karena memang beberapa beberapa obat dan bahan habis pakai (BHP) banyak yang habis. Saat ini, kami masih menunggu proses lelang obat dan BHP di Unit Layanan Lelang (ULP) Paser.
"Obat untuk orang sakit kok menunggu lelang! Memang siapa yang mau jatuh sakit. Saya heran, rakyat saja rela menjual harta bendanya asal cepat dapat obat dan sehat, tapi kenapa obat rumah sakit pakai menunggu proses lelang segala," keluhnya.