Laporan wartawan Pos Belitung Novita
TRIBUNNEWS.COM, BELITUNG - Bagi manusia, nyawa bisa dikatakan sebagai sesuatu yang paling berharga. Tapi bagi seorang ibu, anak adalah sesuatu yang lebih berharga ketimbang nyawanya sendiri.
Setidaknya, hal itulah yang diyakini Nilawati, seorang penumpang Kapal Express Bahari 8C, yang terbakar di perairan Batu Dinding, Selat Nasik, Provinsi Bangka Belitung, Kamis (22/8/2013) petang.
"Ketika kebakaran terjadi, saya tak memikirkan apakah akan mati atau hidup. Yang saya pikirkan, kedua anak saya yang masih kecil, bisa terselamatkan," tutur Nilawati, di Ruang Murai RSUD Kabupaten Belitung, Jumat (23/8/2013).
Kamis siang, sebelum peristiwa nahas itu terjadi, Nilawati bersama suami dan kedua anaknya bergegas masuk ke dalam kapal. Sang suami, menggendong putra mereka yang berusia delapan tahun. Sementara Nila, menggendong erat putrinya yang masih bayi: Dila.
"Kami bermaksud pergi ke Belitung, ada keluarga yang menikah di sana," tutur Nila.
Setelah memasuki kapal, mereka berempat segera menempati sederet bangku di ruangan kelas ekonomi.
Memasuki senja, sekitar pukul 16.30 WIB, Nila dikagetkan oleh anak buah kapal (ABK) yang berbicara melalui pengeras suara memberikan informasi yang membuat bergidik: terjadi kebakaran di dalam kapal.
Sontak, Nila dan sang suami berusaha melindungi kedua anak mereka. "Saya sudah menggendong Dila, dan suami menggendong putra kami, ketika api masih kecil, kami berkerumun dengan penumpang lain," imbuhnya.
Tak lama kemudian, api semakin besar dan sudah membakar banyak ruangan kapal. Nila, sembari terus mendengkap bayinya, mencoba menerobos ke luar ruangan ekonomi. Begitu pula sang suami yang menggendong putra mereka.
Meski sudah bergegas, Nila tetap tak bisa menghindar dari jilatan api. "Api membakar kaki saya," tukasnya.
Khawatir api akan membakar bayinya, Nila akhirnya mengampil keputusan tergolong nekat. Sembari mendekap bayinya, Nila terjun bebas ke laut, tanpa pelampung.
"Tadinya, saya ingin mengambil pelampung. Tapi penumpang lain sudah panik, saya akhirnya terjun bebas, karena api terus membesar," tuturnya.
Nila dan sang bayi, sempat tenggelam di laut. Beruntung, terdapat sekoci penyelamat yang berada di dekatnya. "Saya lantas naik ke sekoci itu. Suami dan putra saya juga ternyata selamat," tambahnya.
Nilawati, suaminya dan putrinya Dila, menderita luka bakar dan dirawat di Ruang Murai. Sedangkan putra mereka yang berusia delapan tahun diperbolehkan pulang Kamis malam.