TRIBUNNEWS.COM, SUMEDANG--Agung Setiawan (38), warga Cipacing, Sumedang, yang semula ditangkap petugas gabungan Polda Metro Jaya dan Polda Jabar, akhirnya dibebaskan. Agung bebas sekitar pukul 02.00 WIB, Kamis (5/9).
Kepulangan Agung disambut warga RT 02, RW 03, Desa Cipacing, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang.
Belasan warga mengerumuni jalanan sempit di wilayah itu, untuk menyambut kedatangan Agung. "Pokoknya disambut seperti orang yang baru pulang naik haji, warga senang semua," kata Agung kepada Tribunnews, saat ditemui di kediamannya.
Agung pulang diantar petugas Polda Metro Jaya. Polisi itu juga sempat menemui istri Agung dan para kerabatnya. "Polisi sempat minta maaf kepada keluarga saya. Lalu polisi itu juga tanya apakah saya ikhlas terkait kerusakan di rumah saya akibat penggerebekan. Ya saya bilang ikhlas," katanya.
Pada Rabu sore, sekitar pukul 17.00, petugas gabungan dari Polda metro Jaya dan Polda Jabar menggerebek kediaman Agung. Mereka mencari Aris Sunandar, mertuanya, yang menjadi target operasi polisi.
Aris Sunandar adalah ayah tiri Rita Handayani, istri Agung. Aris yang menjadi target karena diduga terkait dengan peredaran senjata api ilegal di kalangan jaringan teroris dan pelaku kejahatan lainnya.
Menurut Agung, ketika menggerebek rumahnya polisi memperkenalkan diri dan menunjukkan identitasnya. Polisi kemudian meminta izin kepada Agung untuk melakukan penggeledahan. "Saya sebagai yang punya rumah, ya mengikuti saja keinginan polisi," ujarnya.
P
olisi juga menggeledah bengkel yang terdapat di bagian belakang rumah. Di tempat tersebut polisi menyita sebuah benda yang diduga sebagai pen gun (bagian dari senjata api), padahal kata Agung benda tersebut merupakan bagian dari mesin pemintal.
Agung yang pernah bekerja di pabrik tekstil itu kini membuka usaha pembuatan komponen mesin pemintal. Baru belakangan ia mencoba-coba membuat senapan angin. Namun belum ada senapan angin yang jadi. Senapan yang gagal diproduksi itu ia jejerkan di dinding bengkelnya.
"Saya cuma lihat-lihat teman, lihat desainnya bagaimana, dan kebetulan alat-alatnya memang ada. Jadi saya coba-coba buat, tapi gagal terus. Kayaknya saya perlu guru," tambahnya.