TRIBUNNEWS.COM GARUT, - Kabupaten Garut menargetkan swasembada kedelai pada 2014 untuk memenuhi kebutuhan produksi tahu, tempe, dan berbagai olahan kedelai lainnya. Selama ini, para perajin tahu, tempe, dan olahan kedelai lainnya ini menggantungkan kebutuhannya pada kedelai impor.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut, Tatang Hidayat, mengatakan swasembada kedelai dilakukan dengan pengembangan kelompok tani kedelai serta pengefektifan lahan pertanian kedelai.
"Kelompok-kelompok tani ini akan dibina oleh sebuah kelompok tani yang sukses mengembangkan pertanian kedelai dan memiliki kemampuan mengembangkan pertanian kedelai," kata Tatang di Kantor Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Garut, Jumat (13/9).
Selama ini, Kabupaten Garut menghasilkan 18 ton kedelai per tahun. Padahal 2,5 juta penduduk Garut membutuhkan 25 ribu ton per tahun. Angka ini, ujarnya, belum termasuk kebutuhan industri tahu dan tempe skala besar dan pabrik susu kedelai.
Ladang tanaman kedelai, kata Tatang, terdapat di Kecamatan Karangpawitan, Karangtengah, Sucinaraja, Sukawening, Cibatu, Banyuresmi, Cibalong, dan Cisompet. Selanjutnya ladang kedelai ini akan dikembangkan dari sisi kualitas dan kuantitasnya.
"Biasanya kedelai ditanam di lahan kering dan menunggu hujan. Nantinya kedelai akan ditanam di lahan seperti sawah dengan pengairan baik. Kami akan membuat sekolah lapangan bagi para petani kedelai. Pemprov Jabar akan membantu program ini," ucapnya.
Kedelai lokal, katanya, lebih banyak dicari produsen tahu atau tempe. Walaupun bentuknya yang lebih kecil dari kedelai impor, kedelai lokal memiliki kadar pati yang lebih tinggi daripada kedelai impor.
"Kenaikan harga kedelai disebabkan cuaca buruk yang menyebabkan Brasil dan Amerika sebagai penghasil kedelai impor ini gagal panen. Akhirnya pasokan kedelai menipis dan harganya naik, diperparah dengan naiknya nilai tukar dolar terhadap rupiah," ucapnya. (*)