TRIBUNNEWS.COM MAKASSAR, -Dari hasil Real Quick Count sementara IDEC (Indonesia Development Engineering Consultant) berdasarkan data akhir suara 33,35 % TPS atau 191,139 suara, pukul 16.00 Wita di kota Makassar pasangan Danny Pomanto- Samsu Rizal MI(DIA) unggul atas 9 pasangan lain.
“Keunggulan DIA sebenarnya sejak awal sudah di prediksi oleh IDEC sejak di bulan Juni–September 2013, seperti hasil survei IDEC Agustus-September 2013,” kata Rahmad M. Arsyad, Direktur Riset IDEC.
Rahmad menjelaskan ada beberapa faktor yang menyebabkan pasangan ini bisa melejit dibandingkan kandidat lain. Pertama, kandidat ini didukung oleh struktur elit politik dan elit birokrasi.
Soliditas politik di bawah komando Ilham Arief Sirajuddin dan pendekatan program yang dibangun oleh Danny Pomanto secara langsung telah membuat kepercayaan publik semakin meningkat.Kedua, lanjut kandidat Doktor Unpad ini, sampai tanggal 3 september 2013 komposisi elektoral masih mengarah pada kondisi dua putaran.
Namun, sebagaimana prediksi IDEC sebelumnya enam hari jelang pemilihan walikota ditentukan oleh massifnya pergerakan kandidat dan kemampuan dalam melakukan penetrasi politik.“Pasangan DIA jika mengacu pada hasil yang ada memang lebih massif dalam melakukan pendekatan langsung pada pemilih,” ungkap Rahmad.
Menurut Rahmad, dari gambaran pemilih memang faktor paling utama yang mempengaruhi pemilih adalah kemampuan figur kandidat. Pada level figuritas pasangan DIA memang menjadi figur dengan kepercayaan tinggi oleh pemilih dengan kapasitas kepercayaan figur di atas 33,4%.
“Dengan kondisi seperti ini maka wajar saja pada akhirnya elektoral menjatuhkan pilihan kepada pasangan Danny Pomanto- Syamsu Rizal,” tambah Dosen Binus, Jakarta ini.
Satu Putaran atau Dua PutaranDengan mengacu pada hasil ini maka peluang mencapai satu putaran memang semakin terbuka. Walau sebaiknya setiap team dan kandidat mesti menahan diri sampai rekapitulasi suara yang dilakukan oleh lembaga resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU).
“Menghindari gesekan politik dan mempersiapkan struktur birokrasi yang lebih baik bagi Makassar ke depan jauh lebih penting dibandingkan menghabiskan waktu pada pusaran konflik. Masyarakat sudah terlalu lelah dengan konflik apalagi pasca Pilwali, pemilih akan diperhadapkan pada tahun Pemilu 2014 yang akan menyedot energi rakyat,” ucap Rahmad.