News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Awas Kerupuk Positif Mengandung Boraks

Editor: Budi Prasetyo
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kerupuk


 
TRIBUNNEWS.COM , SURABAYA – Hati-hati mengonsumsi kerupuk. Peringatan itu dilontarkan Fadjar Kurnia Hartati, dosen Teknologi Pangan, Universitas dr Soetomo, (Unitomo) Surabaya karena hasil penelitiannya memastikan ada kandungan boraks dalam 13 jenis kerupuk yang beredar di Surabaya.

”Saya sengaja mengambil sampel kerupuk yang ada di semua pasar tradisional. Jadi kalau di satu pasar ada dan pasar lainnya tidak ada saya tidak ambil,” kata Fadjar ditemui di kampusnya, Jumat (4/10/2013).

Fadjar mengkhususkan penelitiannya pada kerupuk non protein yang berbasis tepung trapioka tanpa penambahan daging, udang, kerang maupun kupang. Alasannya, harga kerupuk ini lebih murah sehingga semua kalangan masyarakat bisa menjangkaunya.

Untuk mengujinya, Fadjar lebih dulu menghaluskan kunyit kemudian diambil airnya. ”Kunyit mengandung asam curcuma apabila bereaksi dengan asam boraks akan menghasilkan senyawa yang ditunjukkan dengan warna merah,” jelasnya.

Untuk alat tes, dia memakai kertas saring putih yang bisa di dapat dari toko-toko bahan kimia. Kertas saring ini dimasukkan dalam larutan kunyit selama 10 hingga 15 menit hingga berubah menjadi kuning. Kertas saring yang sudah berwarna kuning ini lalu dikeringkan tanpa perlu dipapar di bawah matahari.

Untuk mengujinya, kerupuk dipotong kecil-kecil dimasukkan dalam air mineral selama 10 hingga 15 menit. Setelah membentuk larutan, kertas saring kuning itu dicelupkan. ”Kalau warna kuning menjadi merah dalam waktu sekejab, berarti kerupuk positif mengandung boraks,” terang kandidat Doktor Teknologi Pertanian Unibraw itu.

Hasil penelitiannya menunjukkan dari 13 sampel kerupuk, seluruhnya mengandung boraks. Hanya saja kadarnya berbeda-beda.
Untuk memastikan kadarnya, Fadjar melakukan tes kuantitatif dengan alat spektrofotometer UV vis. Didapat kadar boraks pada 13 kerupuk berkisar antara 11,8 hingga 120 mg/kg (ppm).

Kandungan boraks paling banyak pada kerupuk puli yang mencapai 120 ppm. Sementara terendah di kerupuk keong hanya sekitar 11,8 ppm.
Dari hasil penelusurannya, kandungan boraks pada kerupuk ini berasal dari garam bleng yang digunakan sebagai perenyah dan pengembang adonan.

Hal itu sangat disayangkan Fadjar karena penggunaan boraks dalam bahan makanan jelas dilarang sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No. 722 Tahun 1988. Begitu juga dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang mengharuskan kerupuk nol asam boraks.

Jika kerupuk mengandung boraks dikonsumsi terus menerus maka akan terakumulasi di organ dalam, sehingga menganggu fungsi ginjal, lever, sistem syaraf, otak hingga menyerang testis.

Fadjar sempat tersentak ketika di beberapa kemasan kerupuk tersebut mencantumkan izin dari Departemen Kesehatan lengkap dengan nomor registernya.

”Tetapi saya belum meneliti apakah itu izin asli atau palsu. 13 Kerupuk yang beredar tersebut kebanyakan produksi Sodoarjo meski ada juga produksi Legong, Bali dan Lamongan,” tukasnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini