TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG -- SUKIRMAN (45), warga RT 1/5 Kampung Karanganyar, Desa Sukamaju, Kecamatan Majalaya, mengatakan pencemaran Sungai Citarum sudah terjadi sejak tahun 1970-an.
Padahal air sungai banyak dimanfaatkan warga untuk kegiatan sehari-hari seperti mandi, memasak dan mencuci. Namun sejak terjadi pencemaran air sungai berubah warna.
"Selain airnya warna-warni juga bau sekali. Suka bikin penyakit juga seperti gatal-gatal dan penyakit pernapasa. Sebelum banyak pabrik air sungai sangat jernih dan sering dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari," kata Sukirman, Minggu (6/10/2013).
Selain merusak sungai, limbah dari puluhan pabrik itu juga mencemari sumur warga. Warga pun kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Air sumur hanya bisa digunakan untuk keperluan mencuci pakaian. Sebelum digunakan air harus disaring terlebih dulu.
"Kalau sekarang untuk digunakan minum dan memasak biasanya pakai air galon. Kalau dulu kami memanfaatkan air sumur yang sudah tercemar untuk minum," ujarnya.
Pencemaran air juga mengakibatkan air Sungai citarum tidak bisa digunakan untuk pertanian. Banyak sawah yang sudah tidak bisa digunakan untuk lahan pertanian. Pasalnya air yang digunakan sudah berbau dan membuat hasil pertanian tidak maksimal.
"Warga sudah sering mengadu dari mulai tingkat desa sampai kabupaten. Tapi tidak pernah ada tanggapan. Sudah bosan kalau mau mengadu lagi tapi buktinya enggak ada. Inginnya ada bantuan sarana air bersih," ujarnya. (aa)