Laporan Wartawan Tribun Kaltim, Doan Pardede
TRIBUNNEWS.COM SAMARINDA, - Konsumen di Samarinda atau di daerah lainnya di Indonesia tentu sudah akrab dengan kata - kata "Uang dua ratusnya disumbangkan atau diambil, Pak", atau "Empat ratusnya disumbangkan ya, Bu," ketika berbelanja di supermarket atau pusat perbelanjaan modren.
Bukan hanya perbelanjaan, apotik, rumah makan juga melakukan praktek tidak memberikan uang kembalian dengan alasan untuk sumbangan. Bahkan, di beberapa tempat ada yang terang - terangan mengatakan tidak mempunyai uang receh dan mau tidak mau konsumen harus merelakan uang kembaliannya. Padahal bila dikalkulasi, kendatipun hanya recehan tapi bila digabungkan dari sekian banyak supermarket dari berbagai nama, apotik, rumah makan yang memberlakukan hal tersebut maka jumlah yang terkumpul tentu sangatlah besar.
Menanggapi hal ini, Ketua Komisi II DPRD Samarinda, yang membidangi perekonomian dan keuangan, Angkasa Jaya Rabu (9/10/2013) juga mengaku mempertanyakan hal tersebut. Dan hingga kini kata Angkasa, belum ada laporan dari pihak - pihak tersebut maupun Pemkot Samarinda dikemanakan uang yang dikumpulkan tersebut.
"Saya tidak tahu siapa yang mengelola. Tapi ini perlu dipertanyakan. Ini menarik untuk di telusuri," kata Angkasa.
"Saya juga melihat, dengan menjamurnya retail - retail modren ini (sumbangan) arahnya kemana," tambahnya.
Bukan hanya itu, menurut Angkasa, Dinas Sosial juga seharusnya mendata pemungut - pemungut sumbangan yang ada di jalanan, dari rumah ke rumah akan dikemanakan uang yang ada tersebut.
Dalam waktu dekat, pihaknya kata Angkasa akan memanggil pihak - pihak terkait untuk membicarakan hal tersebut.
"Coba ditanyakan ke Dinas Sosial apa ada izinnya itu," kata Angkasa...