Laporan Wartawan Tribun Lampung Heribertus Sulis
TRIBUNNEWS.COM LAMPUNG.- Krisis daya listrik di Lampung, yang saban tahun ditandai dengan kerapnya terjadi biarpet atau pemadaman, harus segera diakhiri. Untuk mengatasi masalah yang nyaris menjadi laten itu, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mesti melakukan terobosan.
Hal itu bisa diikhtiarkan di antaranya dengan memanfaatkan berbagai sumber daya alam untuk memproduksi listrik, selain bahan bakar minyak (BBM) dan batu bara. Di antara sumber daya alam dimaksud ialah gas alam dan panas bumi.
Selain mengatasi kekurangan daya listrik, pemanfaatan sumber-sumber daya alam tersebut juga bisa menghemat biaya produksi. Saat ini, selain faktor-faktor teknis, krisis listrik di Bumi Ruwa Jurai juga disinyalir sebagai imbas dari terbebaninya perusahaan pelat merah itu oleh biaya produksi listrik yang demikian tinggi akibat mahalnya harga BBM dan batu bara. Padahal, kedua jenis bahan bakar itu masih menjadi sumber energi utama sejumlah pembangkit listrik di Lampung.
Merujuk data PLN, biaya listrik satu kilowatt per hour (kWh) secara nasional pada 2013 diproyeksikan mencapai Rp 1.163 dengan dasar perhitungan harga minyak 100 dolar AS per barel dan kurs Rp 9.300. Jika menggunakan perhitungan kurs terkini, maka harga listrik per kWh dipastikan lebih tinggi.
Dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Lampung (Unila) Harmen ST MT mengatakan, untuk menghemat biaya produksi listrik itulah , PLN bisa memanfaatkan energi gas alam yang banyak tersedia di Indonesia. "Gas bisa menghemat biaya. Penggunaannya juga lebih fleksibel dibanding pembangkit uap berbahan batu bara atau diesel yang memakai solar," kata Harmen, Minggu (13/10).
Asumsi perhitungan harga listrik per kWh berdasarkan sumber energi yang digunakan menunjukkan, biaya produksi gas alam hingga menghasilkan daya listrik masih lebih murah ketimbang dengan penggunaan batu bara atau BBM jenis solar. Untuk menghasilkan daya listrik 1 kWh, biaya produksi dengan menggunakan batu bara mencapai sekitar Rp 700. Jika bahan bakar yang digunakan adalah solar, maka biaya produksinya mencapai Rp 3.000. Sedangkan jika menggunaan gas alam, hanya membutuhkan biaya sebesar Rp 650.