TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Setelah ditutup selama 23 hari, Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Tangkubanparahu, di Desa Cikole, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB) kembali dibuka untuk umum, Senin (28/10/2013).
Dibukanya tempat wisata favorit ini, didasarkan pada keputusan Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang kembali menurunkan status Gunung Tangkubanparahu dari waspada atau level 2 menjadi normal. Status Tangkubanparahu diturunkan sejak Minggu (27/10) pukul 15.00 WIB.
Direktur Utama PT Graha Rani Putra Persada sebagai pengelola TWA Tangkubanparahu, Putra Kaban, mengatakan pihaknya telah memperoleh pemberitahuan melalui surat resmi dari PVMBG terkait diturunkannya status Tangkubanparahu pada Minggu (27/10) sore sekitar pukul 18.00 WIB.
"Alhamdulillah, kami sangat bersyukur Tangkubanparahu sudah kembali normal. Kami langsung membukanya tadi pagi," kata Kaban saat ditemui wartawan di Tangkubanparahu, Senin (28/10).
Turunnya status Gunung Tangkubanparahu menurutnya, tidak hanya kabar gembira bagi pihak pengelola, namun berkah yang sudah dinantikan sejak lama oleh para pedagang dan para pengunjung karena dengan turunnya status otomatis Gunung Tangkubanparahu dapat kembali dikunjungi wisatawan.
"Pedagang sangat senang Tangkubanparahu bisa kembali dibuka. Selama 23 hari tutup, mereka (pedagang) tidak punya penghasilan. Mereka hanya menggantungkan hidupnya dari berdagang di sini," jelas Kaban seraya mengatakan sejak dibuka Tangkubanparahu langsung diserbu ratusan wisata dari berbagai daerah termasuk wisatawan asing.
Salah seorang pedagang yang biasa berjualan di Tangkubanparahu, Didin (36), mengaku sangat gembira dapat berjualan di Tangkubanparahu. Sebab, sejak berstatus waspada, sekitar 1.000 pedagang yang biasa berjualan di areal kawah Gunung Tangkubanparahu tak lagi berjualan.
Pria yang juga warga asli Desa Cikole ini menyebut sekitar 90 persen penduduk Cikole sangat menggantungkan hidupnya dari aktivitas wisata di Gunung Tangkubanparahu ini. Oleh sebab itu, selama Tangkubanparahu ditutup selama 23 hari, mereka tak memiliki penghasilan tetap.
"Selama ditutup kami sama sekali tak memiliki penghasilan. Pekerjaan saya hanya berdagang di sini, makanya saya sangat bersyukur bisa kembali dibuka," kata Didin sambil tersenyum semringah.
Kegembiraan serupa juga dirasakan oleh pedagang lainnya, Nenden. "Selama ditutup kemarin, para pedagang hanya diam saja di rumah. Alhamdulillah, saya bersyukur sekali Tangkubanparahu kembali normal sehingga kami bisa kembali berjualan," ujar Nenden yang di Tangkubanparahu berjualan suvenir ini.(zam)