TRIBUNNEWS.COM, JAMBI - Dewan Pimpinan Daerah II Partai Golongan Karya (Golkar) Kota Jambi, membantah Aburizal Bakrie beserta rombongannya tega tak membayar puluhan es tebu milik seorang pedagang bernama Acit.
Sekretaris DPD II Partai Golkar Kota Jambi Ahmadi Aris mengatakan, "peristiwa es tebu" adalah kesalah pahaman belaka. Ahmadi Aris mengatakan, persoalan ini sudah diselesaikan dan Acit sudah mendapat uang pembayaran secara lunas.
"Saya tidak tahu pasti, tapi informasi yang saya dapatkan sudah dibayar," ujar Ahmadi, Selasa (5/11/2013).
Ahmadi juga membantah, es tebu yang diminum ketua umumnya tersebut beserta rombongannya tak dibayar. Namun, pembayarannya tak mungkin langsung dilakukan sesaat setelah es tebu itu tandas.
"Kan harus ditotal dulu, baru bisa dibayar. Yang bayar tetap Golkar. Semuanya tidak ada yang tak dibayar. Tidak ada utang," tegasnya.
Sebelumnya diberitakan, kunjungan Ical ke Provinsi Jambi, Senin (4/11/2013), ternyata meninggalkan kesan yang tak enak.
Ical ke Jambi untuk menghadiri pelantikan Sy Fasha dan Abdullah Sani sebagai Wali Kota dan Wakil Wali Kota Jambi periode 2013-2018. Sehabis acara, Ical dan rombongan mencari makan pada Senin sore.
Selesai santap sore di Rumah Makan Munir, bakal calon presiden RI usungan Partai Golkar itu juga mencoba minuman es tebu yang dijual oleh pedagang kaki lima (PKL) bernama Acit. Gerobak es tebu terdapat tepat di depan rumah makan.
Namun, ketika makan bersama selesai, tidak ada yang membayar es tebu. "Padahal, yang pesan es tebu sangat banyak. Ada seratusan gelas," ujar Acit. Pasalnya, puluhan tukang ojek dan penyapu jalanan juga ikut makan bareng rombongan tersebut.
Acit langsung menuju ke seorang pria yang menggunakan baju golkar. Ia menagih uang pembayaran es tebu kepada pria tersebut. Tapi, pria itu justru meminta Acit pergi karena ia bukan panitia.
Setelahnya, Acit langsung menuju seorang caleg DPR RI dari Partai Golkar bernama Pinto untuk menagih pembayaran. Namun, Pinto hanya mengeluarkan uang Rp 50 ribu dari kantongnya.
Kontan Acit meradang dan menolak pemberian uang oleh caleg tersebut. Pasalnya, nilai uang itu tak sebanding dengan harga total es tebu yang diminum Ical beserta rombongan.
"Pesannya 90 gelas. Masa dibayar Rp 50 ribu. Ya tidak sesuai. Jadi saya tolak," kata Acit. Seharusnya, kata Acit, bayaran 90 gelas es tebu itu dibayar dengan Rp 360 ribu.
Setelah lelah dipimpong, Acit kala itu akhirnya menyerah. "Sudahlah. Mudah-mudahan saja dibayar," ujarnya. (arn)