- Laporan Wartawan Pos Kupang, Egy Moa
TRIBUNNEWS.COM, RUTENG--Dua puluhan orang kaum perempuan dan laki-laki, dewasa dan remaja pemilik jeriken yang sedang antre membeli premium di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Mbaumuku, Kota Ruteng, lari terbiri-birit, Selasa pagi (19/11/2013). Mereka khawatir jerikennya diambil paksa anggota Satpol PP Setda Manggarai yang merazia lokasi resmi penjualan BBM legal, namun juga melayani pembelian ilegal.
Kebanyakan yang mengantre adalah pengecer yang akan menjajakan premium menggunakan botol plastik bekas air mineral. Setelah mendapat jatah dari dalam SPBU, premium itu akan disalurkan ke dalam botol air mineral ukuran besar yang dijual Rp 15.000 dan botol sedang Rp 7.000.
Sebelum SPBU itu dibuka pukul 07.00 Wita, Selasa (19/11/2013), puluhan pemilik jeriken yang kebanyakan ilegal -- tak punya rekomendasi dari Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Manggarai 'menyemut' di dispencer premium. Jeriken jumbo diletakkan bersusun hingga dua hingga tiga unit di samping kiri dan kanan dispencer.
Kaum wanita mengenakan jaket tebal dan penutup kepala menahan udara pagi yang sangat dingin mengunyah sirih pinang sambil bercerita. Sementara kaum pria merokok di dalam SPBU, lokasi yang dilarang. Tepat pukul 07.00 Wita, operator membuka SPBU, jatah pertama hingga empat pengisian jeriken menyusul kendaraan. Lebih celaka, pengisian jeriken dilakukan sendiri oleh beberapa pria yang bukan operator SPBU itu.
Ironisnya, di Kantor SPBU Mbaumuku terpasang spanduk sosialisasi Perda Nomor 12 Tahun 2001 tentang Larangan Pembelian BBM Menggunakan Jeriken. Begitu pula pada dispencer premium ditempelkan imbuan pengelola SPBU yang melarang pembelian menggunakan jeriken yang tak membawa rekomendasi. Namun, operator tak menghiraukannya, tetap setia melayani konsumen yang membawa jeriken dan tak menunjukkan rekomendasi.
Entah apa sebabnya, sehingga operator lebih senang tanpa beban melayani antrean jeriken daripada sepeda motor dan mobil yang telah menunggu berjam-jam.
Premium Habis
Pengamatan Pos Kupang, operator menjatah pengisian empat sampai lima jeriken jumbo kemudian mengisi ke salah satu antrean mobil.
Perlakuan operator yang mendahulukan jeriken menimbulkan antrean kendaraan yang sangat panjang. Ketika anggota Satpol PP datang ke SPBU itu sekitar pukul 08.00 Wita, para pemilik jeriken itu lari terbiri-birit menyelamatkan jerikennya. Beberapa orang yang tak biasa kabur terpaksa menyerahkan jeriken diambil anggota Satpol PP. Beberapa orang lain yang ingin mempertahankan jeriken tarik menarik dengan Satpol PP.
Kaburnya konsumen jeriken melegakan konsumen sepeda motor dan mobil. Pelayanan cukup lancar dan cepat. Namun sebelum pukul 09.00 Wita, operator menutup operasinya, katanya premium habis. Konsumen premium yang telah berada di dalam halaman SPBU hanya gigit jari menunggu pelayanan siang hari.
Kejadian Selasa pagi mengulang peristiwa serupa hari Senin petang. Saat itu, sekitar 200-an unit jeriken besar dan kecil dilayani oleh operator hingga pukul 18.00 Wita. Sementara antrean sepeda motor dan mobil yang sangat banyak tidak bisa dilayani. Ketika konsumen jeriken sisa belasan buah, operator menutup jam operasi. Alhasil, banyak konsumen roda empat dan roda dua yang gigit jari tak kebagian premium. *