TRIBUNNEWS.COM — Operasi mempercantik vagina yang kini semakin ngetren di Surabaya, rupanya tidak semuanya berlatar pertimbangan medis. Malah kebanyakan ibu-ibu metropolis tertarik meremajakan “Miss V” karena ingin merasakan sensasi dalam kehidupan seks mereka.
Memang tidak semuanya terang-terangan memakai istilah sensasi seks. Sebagian mereka memilih istilah lebih halus, yakni menjaga daya pikat suami atau demi menjaga keharmonisan suami-istri. Tapi, ujung-ujungnya sama, seputar sensasi dalam aktivitas seks.
Nah, cerita seputar sensasi seks itu, usut punya usut, banyak diperoleh ibu-ibu metropolitan dari gosip di tengah komunitas mereka. “Banyak di antara mereka (pasien) yang minta operasi karena termakan gosip dan mitos seputar aktivitas seksual,” tutur dr Hardianto SpOG (K), Selasa (3/12/2013) .
Hardianto paham dengan latar belakang dan kecenderungan para wanita. Sebab ia selalu mengajak berdialog lebih dulu dengan pasien yang datang dan ngebet mendapatkan layanan vagina repair.
Menurut Hardianto, gosip warna-warni aktivitas seks itu membawa pengaruh cukup kuat pada kondisi psikologis. Orang kemudian membayangkan sensasi seks yang diyakininya sulit didapatkan dengan kondisi organ mereka saat ini.
Kalau sudah begitu, keluhan seks bermunculan. Tapi, lebih banyak berkisar masalah gairah, sensasi, dan kepuasan. Bukan keluhan atas kelainan organ, yang merupakan wilayah medis. Karena itu, Hardianto juga tidak mau menerima sembarang pasien.
Hardianto mencontohkan, ada pasien yang datang karena ingin memberikan sensasi pada pasangan seperti seorang perawan. ”Padahal itu kan relatif. Kenikmatan dalam seks itu sebenarnya lebih besar ada di sini,” ujarnya seraya menunjuk kepalanya.
Dia mengibaratkan organ genital perempuan dengan makanan. Antara soto dan rawon, lanjutnya, jelas berbeda rasa, meskipun keduanya sama-sama makanan berkuah.
Nah, begitu juga dengan organ genital perempuan, satu sama lainnya jelas berbeda. Perbedaan itu bisa dalam hal bentuk, elastisitas, maupun kepekaan terhadap rangsangan. Tentu perbedaan itu tidak harus ditempuh dengan jalan vagina repair. ”Secara aktivitas seksual tidak ada masalah, ya kenapa harus dioperasi? Kalau ada aspek medisnya baru kami tangani,” tegasnya. (ab/idl)