TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Hulu Sungai Cikapundung di Kampung Batuloceng, Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), tercemar. Penyebabnya karena banyak peternak yang membuang kotoran sapi ke selokan-selokan yang mengalir ke hulu Sungai Cikapundung di kampung tersebut.
Kotoran sapi yang dibuang para peternak sapi tersebut kebanyakan merupakan kotoran sapi sisa bahan bakar biogas. Mereka langsung membuang begitu saja kotoran sapi itu ke selokan-selokan tanpa diolah atau disimpan terlebih dahulu. Akibatnya air di hulu Cikapundung pun tak lagi berwarna jernih.
Seorang peternak sapi, Ajat (37), mengatakan kotoran sapi dari kandangnya yang dijadikan bahan bakar biogas, sebagian dibuang ke selokan. Ajat beralasan tidak memiliki tempat penampungan ampas biogas sehingga langsung dibuang ke selokan dekat kandang sapi miliknya.
"Yang mengalir ke selokan hanya ampas biogasnya. Sebagian besar diangkut ke tempat pengolahan kotoran sapi milik kelompok tani," kata Ajat di Lembang, Sabtu (28/12/2013).
Peternak lainnya, Cece mengatakan di kampung tersebut memang banyak peternak sapi yang belum memilkiki tempat penampungan ampas kotoran sapi sisa pengolahan bahan bakar biogas. Akibatnya masih banyak peternak yang kemudian membuang ampas biogasnya langsung ke selokan atau ke sungai.
Di Kampung Batuloceng, kata Cece, hampir seluruh peternak sapi memperoleh bantuan alat pengolahan kotoran sapi untuk dijadikan bahan biogas. Sedikitnya terdapat sekitar 100 warga dan peternak yang memperoleh bantuan tersebut dari pemerintah.
"Tapi dalam pemasangan alat pembuatan biogas itu, peternak tidak diberi tempat penampungan ampasnya. Jadi ampas langsung saja ngalir ke selokan-selokan yang mengalir ke hulu Sungai Cikapundung," ujarnya.
Menurut Cece, kelengkapan pemasangan alat biogas itu seharusnya diperhatikan pula oleh pemerintah agar pencemaran lingkungan, khususnya pencemaran terhadap hulu Sungai Cikapundung bisa dihilangkan atau minimal berkurang.
Ia berharap pemerintah minimal dapat memberikan bantuan tempat penampungan ampas biogas bagi para peternak yang berada di sekitar sungai.
"Dengan begitu, mudah-mudahan pencemaran ampas biogas yang dibuang ke sungai dapat dikurangi," kata Cece seraya mengatakan di Desa Suntenjaya, sebagain besar warganya adalah peternak sapi.
Namun menurut Cece, pemasangan alat biogas di kampungnya juga berdampak positif. Warga, menurut Cece, dapat memanfaatkan bahan bakar biogas tersebut untuk berbagai keperluan sehari-hari seperti memasak. "Sebelum ada biogas, warga harus membeli gas. Sekarang tidak lagi, cukup pakai biogas," ujarnya.
Bantuan biogas tersebut juga dapat menghilangkan ketergantungan warga terhadap gas dan kayu. Bahkan kata Cece, sebelum kampung tersebut diberi bantuan biogas, masih banyak warga yang menjarah kayu dari hutan yang berada tak jauh dari kampung tersebut. "Kini tak ada lagi yang mengambil kayu dari hutan," katanya. (zam)