TRIBUNNEWS.COM -- GUBERNUR Sulawesi Selatan (Sulsel) Syahrul Yasin Limpo "lepas" dari rutinitas di Kantor Gubernur, Kamis (2/1/2013) sekitar pukul 14.10 wita. Bersama sejumlah kerabat dan koleganya, ia berbaur dengan pengunjung Warung Kopi (Warkop) Mappanyukki, Jl A Mappanyukki.
Tak sekadar ngopi, Syahrul sekaligus meladeni pengambilan gambar untuk salah satu televisi (TV) nasional di warkop tersebut. Ia ditemani Irman Yasin Limpo.
CEO Bosowa Resources Group Munafri Arifuddin, Ketua DPD II Golkar Pinrang Abdi Baramuli, dan sejumlah pejabat di lingkup Pemprov Sulsel. Sejumlah pengunjung juga turut bergabung di meja panjang yang berada di sisi kanan luar warkop.
"Di sini kopinya paling pas. Saya paling senang," kata Syahrul. Banyak cerita mengalir dari Syahrul. Soal capres, kondisi ekonomi, keamanan, tahun pemilu, hingga cerita kecanggihan smartwatch orange yang kerap dikenakannya sejak akhir tahun 2013 lalu.
"Apa isu hangat kah," tanya Ketua Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) ini sebelum cerita mengalir. Syahrul bercerita tahun ini cukup banyak tantangan.
Salah satunya mengenai keamanan termasuk berita soal penangkapan teroris di Ciputat. Menurutnya, kabar tersebut diharapkan tidak mengganggu Sulsel apalagi sudah menyentuh persoalan SARA.
"Jangan coba-coba ganggu keamanan Sulsel. Banyak hal terkait itu seperti ekonomi. Tahun ini tahun pemilu. Kita berharap stabil. Pemilu jalan tanpa intervensi, ekonomi Sulsel berkembang. Ekonomi kita cenderung stabil dan tahun ini kita harap trennya bagus," jelasnya.
Ia menyampaikan optimismenya tahun ini ekonomi Sulsel tetap berkembang. Tak hanya mempertahankan tren selama ini tetapi meningkatkannya.
Menurutnya, tahun pemilu bukan menjadi halangan termasuk kondisi ekonomi makro. "Sulsel selama ini tetap di atas nasional. Kita rata-rata di atas delapan persen. "Pengerjaan bandara terus jalan. Itu semua kita pacu. Pelabuhan Garonggong. Pengembangannya harus terus kita dorong karena itu jalur penting distribusi," ujarnya.
Menurutnya banyak investasi masuk di Sulsel tahun ini. Smelter tambang misalnya di sejumlah daerah. Sulsel juga akan merealisasikan sejumlah mega proyek lainnya tahun ini seperti pembangunan DAM salah satunya di Karaloe (Jeneponto).
Sambil menyeruput kopi susu, Syahrul yang tetap mengenakan stelan pakaian dinas cokelat-cokelat membeberkan soal bursa pencapresan. Namun, ia menegaskan dirinya tak ngebet maju dalam bursa calon presiden (capres) maupun wapres tahun ini.
"Saya masih fokus untuk Sulsel. Kalaupun ada aspirasi seperti itu saya belum berpikir ke sana. Saat ini bagaimana Sulsel bisa lebih baik lagi. Kalau itu (presiden) mending begini (gubernur). Masih bisa duduk-duduk ngopi," katanya.
Namun, ia menegaskan ikut berkepentingan dalam suksesi kepemimpinan di negeri ini. Selaku 'komandan' Gubernur se-Indonesia, katanya, dirinya berkepentingan memperjuangkan program strategis untuk pembenahan kondisi bangsa ini ke depannya.
Beberapa program itu seperti dunia pendidikan, penelitian, maupun pengembangan teknologi. "Saya tidak mau orang yang memimpin negeri ini karena emosional sesaat. Bangsa ini besar dan ke depannya harus lebih baik. Kalau salah pilih bisa runtuh negeri ini," ujarnya.
Namun, SYL belum menyinggung dukungan selaku Ketua Asosiasi Pemerintah Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI). "Tunggu saja besok (hari ini). Mereka (capres) harus presentase dulu dong. Apa programnya, komitmennya membangun bangsa bagaimana. Yang jelas 80 persen gubernur itu temannya Syahrul. Kalau saya bilang merah, Insya Allah merah," jelasnya.
Syahrul dijadwalkan menjadi pembicara dalam Dialog Kebangsaan di Universitas Hasanuddin (Unhas) hari ini. Ketua Golkar Sulsel ini akan dipanel bersama Ketua Umum PAN Hatta Radjasa.
SYL sebelumnya beberapa kali hadir dalam dialog serupa di sejumlah perguruan tinggi di Indonesia. Namun, Syahrul menepis hal itu untuk sosialisasi menjelang suksesi kepemimpinan di negara ini.
"Saya kan di situ diundang. Mereka buat acara. Saya hadir sebagai narasumber baik sebagai gubernur maupun Ketua APPSI. Bukan untuk itu (sosialisasi)," katanya menambahkan.
Lain lagi soal cerita smartwatch yang dikenakannya. Berdasarkan pengamatan Tribun, beberapa aksesoris tambahan melekat di tangan maupun jarinya. Selama ini, Syahrul kerap terlihat hanya memakai satu gelang berbentuk kura-kura.
Kini di lengan kanannya bertambah satu. Gelang permata batu dengan lingkaran hitam. Beberapa di antaranya permata. Di jari manis sebelah kanan terpasang cincin dengan permata berwarna merah. Sedangkan, di jari tangan kiri cincin dengan permata berwarna hitam.
Di lengan kanannya juga ada jam dengan layar berbingkai material logam. Tali dari karet sintesis berwarna orange. Bukan jam tangan biasanya tentunya.
Ia mengenakan jam tangan pintar (smartwatch) yang dari beberapa literatur diprediksi menjadi tren tahun ini. Syahrul sudah mengenakan jam tangan itu sejak akhir 2013 lalu.
"Bisa dipakai menelepon cukup dikoneksikan di ponsel," kata Syahrul menjawab pertanyaan Tribun. Ia pun tak canggung mendemonstrasikan kecanggihan jam tangan itu.
Termasuk saat memotret. Ia bahkan mengarahkan jam tangan tersebut mengitari meja panjang. "Saya rekam semua nah," jelasnya terkekeh. Menurutnya, jam yang dikenakannya bisa dipergunakan untuk melakukan presentase saat rapat.
Bisa pula untuk memantau cuaca. Bahkan, mengetahui posisi dengan teknologi GPS yang terbenam di dalamnya. Berdasarkan pencarian Tribun, smartwatch yang dikenakan Syahrul adalah Samsung Galaxy Gear yang dibekali sistem operasi Android 4.3 Jelly Bean.
Jam tangan dipersenjatai kamera 1,9 MP dan speaker mini pada tali ini menggunakan layar Super AMOLED 1,63 inci dengan resolusi 320 x 320. Disokong prosesor 800 MHz, RAM 512 MB, serta memori internal 4 GB. Harga produk ini dipasaran internasional berkisar 300 dolar AS. Kalau dirupiahkan sekitar Rp 2,850 juta.(yud/axa)