TRIBUNNEWS.COM CIREBON, - Upacara adat di lingkungan keraton tak pernah luput dari perhatian warga, termasuk upacara siraman panjang jimat di Keraton Kasepuhan Cirebon, Rabu (8/1). Puluhan warga dari berbagai daerah berdatangan guna menyaksikan jalannya upacara.
Namun warga tak bisa melihat prosesi upacara siraman panjang jimat dari jarak dekat. Antara tempat siraman dengan tempat berdirinya warga terhalang sekat berupa dinding tembok. Warga pun harus puas hanya menyaksikan dari balik jendela yang terbuka.
Seusai upacara, barulah pintu dibuka. Warga pun leluasa masuk ke ruangan tempat digelarnya siraman panjang jimat. Saat seperti inilah warga rebutan air bekas siraman benda pusaka yang akan digunakan untuk panjang jimat. Dengan membawa botol dan kantong plastik, warga berlomba-lomba mengambil air bekas siraman dalam jumlah banyak.
"Biar berkah," ujar Sahmud (50), asal Subang. Ia percaya, air bekas siraman benda pusaka dapat memberi keberkahan hidup. Lebih-lebih air tersebut bersumber dari dua mata air yang ada di komplek Keraton Kasepuhan.
Sahmud berujar, air bekas siraman benda pusaka akan dibawa ke kampungnya di Subang. Air itu untuk cuci badan dan menyiram tanaman padi agar tanaman tumbuh subur.
Sementara itu, Sa'ud (45) mengaku rutin ziarah ke Keraton Kasepuhan menjelang dan saat muludan. Ia pun tak pernah absen mengambil air bekas siraman panjang jimat.
Panitia Muludan mengaku tak bisa melarang kebiasaan warga mengambil air bekas siraman panjang jimat. Sebab warga begitu antusias menyaksikan jalannya upacara dan begitu percaya jika air tersebut bisa memberi keberkahan. (*)