TRIBUNNEWS.COM , PALU – Bandara Udara (Bandara) Mutiara di Kota Palu, Sulawesi Tengah, segera berganti nama menjadi Mutiara SIS Aljufri setelah Kementerian Perhubungan menyetujui usulan perubahan itu.
Wali Kota Palu Rusdy Mastura mengemukakan hal itu saat menghadiri peringatan Maulud Nabi Muhammad di halaman Pengurus Besar Alkhairaat di Kota Palu, Selasa (14/1/2014).
Dia mengatakan seorang pejabat Kementerian Perhubungan mempertanyakan perihal pergantian nama Bandara Mutiara, padahal nama itu diberikan oleh Presiden Soekarno saat mendarat di Kota Palu pada 5 Oktober 1957.
Bung Karno saat itu merasa prihatin dengan nama pertama bandara di Palu yang didaratinya, yakni masovu.
Masovu adalah bahasa Kaili yang berarti berdebu. Mengetahui artinya, Bung Karno segera menggantinya menjadi Bandara Mutiara.
Alasannya adalah sewaktu Bung Karno akan mendarat di Palu yang saat itu masih termasuk dalam wilayah Kabupaten Donggala, melihat daerah itu berkilauan laksana mutiara.
"Saya jelaskan kepada Pejabat Kementerian Perhubungan tadi, mutiara yang dimaksud adalah SIS Aljufri yang merupakan tokoh agama dan sudah dianggap pahlawan di Kota Palu," kata Rusdy Mastura.
Bandara Mutiara sendiri tidak berganti nama seratus persen, hanya ditambahi SIS Aljufri sehingga menjadi Bandara Mutiara SIS Aljufri.
SIS Aljufri sendiri adalah tokoh penyebar agama Islam di Sulawesi Tengah hingga wafat di Kota Palu pada 1969.
SIS Aljufri yang juga akrab disapa Guru Tua adalah tokoh penyebar agama sekaligus pendiri organisasi keagamaan Alkhairaat yang tumbuh dan berkembang pesat di wilayah timur Indonesia.
Hingga saat ini Alkhairaat terus berkembang dengan mendirikan sekolah, perguruan tinggi, rumah sakit, dan sejumlah unit usaha lainnya. (antara)