News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Seni Rakyat di Ambang Sekarat

Berburu Penerus Ludruk Lewat Facebook Hingga Youtube

Editor: Gusti Sawabi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Persiapan pementasan ludruk

Tribunnews.com - Arboyo atau Arek Suroboyo, menjadi grup ludruk generasi muda. Tidak mudah menggaet kaum muda yang umumnya malu dengan semua keseniam bercitra jaman dulu (jadul).

Suara Cak Lupus terdengar lantang. Di hadapannya, berjejer pemuda. Lupus berusaha memberikan contoh pada mereka cara tentara berjalan. Meskipun tak segempal tentara, langkahnya terdengar mantap. Begitulah latihan yang dilakukan Lupus dengan kelompok ludruk mudanya, Arboyo, Senin (20/1).

Sejak tahun 2012, Arboyo berusaha merangkul pemuda ketimbang pemain ludruk tua. “Saya ingin memperkenalkan ludruk kepada generasi muda. Ya, tentu pemainnya juga harus muda,” kata Lupus di sela-sela latihan di Kampung Seni THR, Senin (20/1).

Keputusan merekrut pemain muda itu sebenarnya merupakan pilihan alternaif. Semula Lupus ingin merekrut personel dari anak-anak sekolahan. Pertimbgannnya sambil belajar mengenalkan dan menanamkan cinta budaya sejak dini. Itu dilakukan Lupus saat mendirikan Arboyo pada 1996 silam.

Ia rekrut anak-anak usia sekolah dasar (SD). Awalnya cukup menyenangkan. Banyak siswa yang tertarik masuk. Tapi seiring bertambahnya umur, satu persatu personel mungil itu merotholi. “Banyak mereka yang malu berkreasi di ludruk. Mungkin karena tak kuat diejek kuno oleh teman-temannya. Mereka malu, jadinya keluar (dari Aroboyo),” ungkap kakek empat cucu itu.

Praktis tinggal satu murid yang masih bertahan. Dia adalah Yuli Triyono yang memiliki nama panggung Kitri.

Kini Kitri berusia 35 tahun dan memiliki group ludruk sendiri, Krisna Budaya yang ber-home base di Sidoarjo. Bersama muridnya ini, Lupus kerap bahu membahu membesarkan Arboyo.

Gagal mendidik pemain ludruk dari usia SD, Lupus kemudian membidik kelompok muda, dan tidak selalu dari sekolahan, meskipun beberapa juga berstatus mahasiswa. Lupus memanfaatkan teknologi informasi untuk mendapatkan personel bahkan sampai penggemar. ”Saya bikin akun Facebook dan alhamdulillah group kami dikenal,” katanya.

Sudah banyak pemuda yang awalnya menggemari lewat Facebook kemudian malah menjadi personel Arboyo. Ada juga yang tertarik setelah melihat rekaman pertunjukan mereka di YouTube. Dari penasaran itulah, para penggemar ini menyempatkan diri datang ke pertunjukan Aroboyo.

Selanjutnya bisa ditebak. Mereka datang ke Lupus dan meminta diajari ludrukan. Upaya Lupus ini berbuah hasil. Dia berhasil menggaet pemuda yang rata-rata usianya di bawah 30 tahun, bahkan ada yang masih SMA. Personel Arboyo kini pun beraragam latar belakang.

Kata Lupus, anak asuhnya ada yang karyawan toko buku, penjual buku, mahasiswa, buruh pabrik, marketing sampai dokter gigi. Ketika berlatih dan berkumpul, para personel ini menanggalkan latar belakang dan status ekonominya. Itulah yang membuat Arboyo tetap eksis.

”Saya memang pembina mereka. Tapi saya lebih senang menjadi teman sekaligus bapak yang menjadi tempat curhat. Kita hilangkan sekat sehingga kami seperti keluarga. Tidak ada istilah majikan dalam group ini. Kami semua pemilik Arboyo,” tegas pentolan group Ludruk RRI itu.

Lupus berani menyerempet kebiasaan group ludruk. Namun itulah upaya dia untuk menjaga agar Arboyo tetap lestari. Dia juga mengubah banyak plot cerita di dunia ludruk. Cerita lakon seperti Sarip Tambak Oso dan Sawunggaling, dia modifikasi sesuai perkembangan zaman.

Sikap berani itu sering menuai kecaman dari kelompok lain. Arboyo dianggap sudah melanggar pakem. Namun bagi Lupus, apalah arti pakem itu kalau ludruk kemudian malah mati ditinggalkan generasi muda. “Pakem tetap kita jaga, hanya memang dimodifikasi sesuai selera anak muda,” imbuh Lupus.

Tangan dingin Lupus membuat Arboyo disegani. Ludruk yang bermarkas di Kampung Seni THR itu berhasil menyabet Juara II Ludruk se Jawa Timur di Jombang pada 2013, juara I Piala Wali Kota Surabaya 2012 dan tiga beasr di Piala Dispora Jatim 2013.

Kini lupus sedikit tersenyum, Jatuh bangun yang dijalaninya untuk meremajakan grup ludruk kini menular di berbagai tempat. Dia mengaku menanamkan virus ludruk generasi, sebutan dari kelompok ludruk muda, ke berbagai kampus, seperti Unesa, Unair dan STKW. Kelompok ludruk berdiri di lembaga pendidikan itu meskipun belum profesional. (Miftah faridl)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini