TRIBUNNEWS.COM PADANG, - Tiga jasad dari empat korban ledakan tambang batu bara di Desa Batu Tanjung, Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat (Sumbar) yang meledak pada Jumat, 24 Januari 2014 sekitar pukul 11.00 WIB kembali ditemukan Kamis (30/1/2014) sekitar pukul 09.45 WIB.
"Tiga orang sudah ditemukan dalam keadaan meninggal, sedangkan satu orang lagi masih dalam pencarian," kata staf Badan SSAR Nasional (Basarnas) Padang, Zulfahmi melalui sambungan telepon.
Ketiga korban adalah K. Munir alias Ucok (40), Nofrianton (31), dan Qomarruddin (41). Ucok ditemukan 60 meter dari pusat ledakan, Nofrianton di posisi 63 meter dari lokasi ledakan dalam lubang, sedangkan Komaruddin posisinya 65 meter dari lokasi ledakan.
Zulfahmi menjelaskan, saat ditemukan jasad ketiga korban sudah menghitam dan susah untuk diindentifikasi di lokasi kejadian. "Nama-nama mereka baru diketahui setelah dibawa ke RSUD Sawahlunto," ujarnya.
Saat ini, tinggal satu korban lagi yang belum ditemukan yakni Arpan. Tim SAR dari Kondim, Basarnas, Rescue tambang masih melakukan pencarian.
Kepala Kepolisian Resor Sawahlunto, AKBP Moehammad Syafrial, menyatakan posisi keempat korban yang tertimbun sebelumnya diketahui berdasarkan informasi dari saksi yang berhasil keluar dari lubang tambang posisi keempat korban yang masih belum ditemukan sejak ambruknya tambang tersebut.
Hingga saat ini tim SAR tengah mengupayakan mengeluarkan satu orang korban lagi. Penggalian dilakukan secara manual namun tim masih kesulitan karena kangdungan CO2 (karbodioksida) dan gas metan di dalam tambang masih sangat membahayakan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbar, Yazid Fadli, di Padang Senin mengatakan, Tim SAR gabungan berupaya membuat lubang baru untuk mengeluarkan gas metan dari lubang tambang.
"Gas metan dalam lubang tambang terus meningkat sedangkan korban harus dikeluarkan. Cara yang dilakukan adalah membuat lubang baru untuk memasang blower guna mengeluarkan gas metan di dalamnya," jelasnya.
Ia menekankan tingginya kadar gas metan dalam lubang menyulitkan evakuasi para korban meski tim SAR sudah memakai masker oksigen. Akan tetapi upaya menggunakan masker belum optimal karena masih bisa terhirup.
"Kalau itu dipaksakan, bisa memakan korban jiwa yang baru, apalagi di lubang itu masih ada rerntuhan batu sehingga tim harus kerja ekstra," katanya.
Ia mengatakan sampai saat ini belum ada batas waktu pencarian korban meski harus menghadapi medan yang sulit. "Kita ingin korban harus divakuasi karena sudah diketahui letaknya," katanya.
Peristiwa ledakan tambang di Kota Sawahlunto juga pernah terjadi pada tahun 2009. Saat itu, sebanyak 23 orang pekerja tambang meninggal dunia akibat terperangkap di dalam tambang dan mengalami luka