TRIBUNNEWS.COM, MALANG - Jelang Pemilihan Umum (Pemilu) 9 April 2014, warga Kota Malang, Jawa Timur, diminta mewaspadai peredaran uang palsu atau biasa disebut upal.
"Kami memperkirakan, jelang Pemilu termasuk Pileg April nanti akan marak peredaran uang palsu. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang, gencar melakukan sosialisasi agar masyarakat bisa membedakan mana uang asli dan mana yang palsu," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Malang Dudi Herawadi, Kamis (13/2/2014).
Menurut dia, peredaran uang palsu meningkat tajam karena maraknya praktik politik uang.
Hanya, pengetahuan masyarakat mengenai ciri uang yang asli dan palsu tersebut masih minim, khususnya masyarakat kelas menengah ke bawah.
Mereka terkadang masih belum bisa membedakan dan mengenali ciri-ciri mana uang asli dan yang palsu.
Peredaran uang palsu di wilayah BI Malang, meningkat dari 1.650 lembar pada semester pertama tahun 2011 menjadi 2.553 lembar pada 2012.
Kalau dinominalkan semester pertama tahun 2012 sebesar Rp 217,020 juta, dan tahun 2011 sebesar Rp 115,725 juta.
Sementara jumlah keseluruhan uang palsu yang beredar selama 2011 (Januari-Desember) 3.811 lembar, atau senilai Rp287,435 juta dan nominal yang paling banyak dipalsukan adalah pecahan Rp100 ribu dan Rp50 ribu.
Sedangkan pada tahun 2013 hingga awal semester pertama 2014, belum ada laporan adanya temuan uang palsu di wilayah kerja BI Malang.