TRIBUNNEWS.COM, KEDIRI - Sejumlah ternak milik warga di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, dilaporkan sakit akibat menghidu udara yang bercampur abu vulkanik akibat erupsi Gunung Kelud.
"Ada sekitar 25 ekor sapi dan 36 ekor kambing yang sakit, rata-rata pernafasan," kata Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Kediri Sri Suparmi, di Kediri, Senin (17/2/2014).
Ia mengatakan, mayoritas ternak yang sakit itu berada di daerah terdampak erupsi Gunung Kelud (1.730 mdpl), di antaranya di Kecamatan Plosoklaten dan Ngancar.
Ancaman sakit, kata dia, bukan hanya masalah pernafasan. Untuk sapi, penyakit radang akan memengaruhi produksi susu.
Diperkirakan, turunnya produksi itu bisa mencapai 40 persen per hari.
Ia menyebut, jumlah keseluruhan ternak, baik sapi ataupun kambing di daerah terdampak sekitar 3.000 ekor, yaitu di Kecamatan Ngancar, Plosoklaten, Kepung, dan Puncu.
Mayoritas ternak, memang belum dievakuasi pascaerupsi Gunung Kelud, mengingat jarak antara status dan erupsi sangat singkat.
Namun, pascaerupsi Kamis (13/2/2914) malam, warga ditawari agar ternaknya dievakuasi, dan sebagian menerima serta sebagian enggan.
"Mayoritas memang ditinggal ternaknya, jadi orangnya dulu, manusianya dulu yang diselamatkan. Warga meminta bantuan pakan ternak, dan kami berikan, seperti pakan kering," katanya.
Pihaknya menyebut, sampai saat ini belum ada laporan ternak yang mati pascaerupsi Gunung Kelud.
Tapi, kalau ternak yang sakit itu tidak segera ditangani dengan baik, bisa menyebabkan kematian.
Untuk memantau kesehatan ternak, pihaknya menurunkan tim medis ternak sebanyak 70 orang.