TRIBUNNEWS.COM, LHOKSUKON - Yusri (35), pekerja kilang padi asal Desa Me, Kecamatan Matangkuli, Aceh Utara, Selasa (1/4/2014) pagi sekitar pukul 07.00 WIB, ditemukan kritis di sebuah pondok kawasan Simpang Rangkaya, Kecamatan Tanah Luas, Aceh Utara. Pihak keluarga meyakini Yusri dianiaya karena muka dan di lubang telinganya berlumuran darah. Selain itu, sekujur tubuh korban basah dan berlumpur.
Informasi yang diperoleh Serambi (Tribunnews.com Network), penemuan Yusri awalnya diketahui Bustaman (38), warga Desa Ampeh, Kecamatan Tanah Luas. Saat melintasi kawasan itu, Bustaman tiba-tiba melihat seorang pria terbaring kaku di pondok dekat jalan dengan muka dan lubang telinga berlumuran darah. Lalu, temuan itu dilaporkan Bustamam ke Polsek dan pihak keluarga korban.
"Saat kami tiba di lokasi, abang saya (Yusri) masih pingsan. Saya yakin abang saya dianiaya. Bahkan, kalau kita lihat kondisinya seperti mau dihabisi. Namun kami belum bisa menanyakan kronologis kejadiannya kepada abang saya," kata Anwar, adik korban (32) kepada Serambi, kemarin.
Lalu, korban dibawa ke ruang Neuorologi Rumah Sakit Umum Cut Meutia (RSUCM).
"Semalam, abang saya pergi bersama temannya menggunakan sepeda motor. Namun setibanya di kawasan Point A terjaring razia karena lupa membawa Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK)," katanya.
Lalu petugas meminta Yusri mengambil STNK. Sedangkan Faisal, warga Desa Parang Sikureung, Kecamatan Matangkuli yang pergi bersama korban, menunggu di lokasi razia karena sepeda motor sudah ditahan petugas.
"Sekitar pukul 23.00 WIB, abang menelpon saya berulangkali, tapi saya baru terjaga sekitar pukul 23.45 WIB," ungkap Anwar.
Namun, tambah Anwar, ketika ia menghubungi kembali abangnya melalui handphone tidak diangkat.
"Baru pagi tadi (kemarin--red) saya dapat informasi abang saya ditemukan di kawasan Simpang Rangkaya. Abang saya tak terlibat partai politik manapun, sehari-hari bekerja membantu orang tua di kilang padi," ungkap Anwar.(jf)