TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - Pemerintah Provinsi Jawa Barat telah menetapkan target soft launching pembangunan monorel untuk trase I digelar Agustus tahun ini. Pembangunan monorel ini merupakan bagian dari perencanaan induk transportasi Bandung Raya.
"Pemprov akan membangun empat trase dan prioritas pertama trase Leuwipanjang-Tanjungsari karena menjadi pusat operasional," ujar Asisten Daerah IV Bidang Administrasi dan Keuangan Pemprov Jabar, Iwa Karniwa, seusai pertemuan tertutup dengan Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, di Balai Kota, Jumat (4/4).
Menurut Iwa, berdasarkan kesepakatan dengan semua pemangku kepentingan terkait, studi kelayakan trase I akan diprioritaskan agar bisa diluncurkan akhir Juli atau awal Agustus mendatang. Iwa mengatakan, empat jalur monorel proyek provinsi akan menghubungkan semua titik dan Leuwipanjang menjadi sentral arus kedatangan dan keberangkatan monorel.
Proyek pembangunan monorel Bandung Raya ini, kata Iwa, melibatkan antarkota/kabupaten dan pekan depan ada penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan lima kepala daerah tentang pembangunan monorel. Kelima kepala daerah yang harus menandatangani kesepakatan adalah Wali Kota Bandung, Bupati Bandung, Wali Kota Cimahi, Bupati Bandung Barat, dan Bupati Sumedang.
"Rencananya, Selasa, 8 April 2014 akan ada penandatanganan MoU-nya di Gedung Sate. Soalnya, pembangunan bukan hanya monorel, tetapi pembangunan kota satelit. Jadi ada master plan Bandung Raya, master plan transportasi, rencana induk perkeretaapian, dan studi kelayakan," ujar Iwa.
Di tempat yang sama, Wali Kota Ridwan Kamil mengatakan, monorel dan jalan layang akan dibangun bersamaan di Kota Bandung di tahun 2014.
"Agustus 2014 akan ada soft launching monorel Kota Bandung dan Provinsi," ujar Emil, panggilan akrab Ridwan Kamil.
Emil mengatakan, monorel Provinsi dan Kota Bandung masing-masing memiliki investor sendiri-sendiri dan tidak berkaitan. "Monorel milik Kota Bandung akan lebih langsing karena jalurnya sempit menelusuri Sungai Cikapundung," ujar Emil.
Menurut Emil, pembangunan tahap pertama monorel Kota Bandung mengambil rute Dago- Leuwi Panjang dan Cimindi-Cicaheum. Untuk membangun monorel di dua rute ini, kata Emil, dibutuhkan dana sekitar Rp 6 trilian, yaitu untuk Dago-Leuwipajang Rp 2,1 triliun dan Cimindi- Cicaheum Rp 4 triliun.
Biaya pembangunan monorel dikerjasamakan dengan pihak ketiga melalui lelang. "Sudah ada tiga investor yang berminat di monorel, dua pengusaha dalam negeri dan satu dari luar Indonesia," ujar Emil.
Untuk mewujudkan mimpi memiliki monorel, walau akan soft launching awal Agustus, harus ada kesepakatan dengan wilayah lain. "Monorel pertama yang akan segera diluncurkan milik provinsi Leuwipanjang-Tanjungsari bisa ditempuh dalam waktu 15 menit," ujar Emil seraya menambahkan proyek monorel ini harus dikebut karena mendesak dibutuhkan untuk mengatasi kemacetan.
Tiang pancang monorel ada yang bersatu dengan tiang pancang jembatan layang, seperti di Buahbatu akan dipasang tiang pancang untuk jembatan layang dan di atasnya disambung tiang pancang monorel.
Pertemuan Pemprov Jabar dan Pemkot Bandung itu juga dihadiri oleh Direktur utama PT Panghegar Cecep Rukmana, salah satu investor yang berminat pada proyek monorel. "Untuk bangun monorel di empat rute dibutuhkan dana Rp 22 triliun dan Tiongkok sudah sanggup kerja sama membiayai 70 persen," ujar Cecep.
Menurut Cecep, masalah infrastruktur merupakan tanggung jawab pemerintah. Monorel yang akan dibangun Pemprov Jabar adalah Leuwipanjang-Tanjungsari, Gedebage-Majalaya, Leuwipanjang-Soreang, dan Leuwipanjang-Dago.
"Monorel Provinsi dan monorel Kota Bandung tidak bentrokan karena masing-masing memiliki jadwal berbeda," ujar Cecep.
Cecep mengatakan, yang paling penting yang harus dilakukan saat ini adalah sosialisasi kepada warga yang terlewati monorel dan kendaraan umum baik angkot maupun bus yang jalurnya terkena. "Transportasi baru sering mendapat hambatan dari orang yang merasa dirugikan," ujar Cecep. (tsm)