Itu sebagai bukti kinerja mereka. Terlebih, honor yang diberikan itu jumlahnya jauh lebih besar daripada sih paring ndalem (pemberian Sultan) selama ini.
Namun, banyak abdi dalem yang usianya sudah lanjut. Sekitar 50 persen abdi dalem, dari total 2.200 orang yang ada, usianya di atas 60 tahun. Bahkan 100 orang diantaranya sudah 80 tahun.
"Mereka nggak mau pensiun, meskipun sudah lanjut usia. Mungkin takut kehilangan teman," ucap Penghageng Tepas Danarto Poera Keraton Kasultanan Yogyakarta, GBPH Cakraningrat saat dijumpai di kantornya kemarin.
Padahal, pemberian honor yang lebih besar konsekuensinya ialah komitmen kerja yang lebih besar juga. Karenanya, Gusti Cakra berharap, rekruitmen abdi dalem yang berikutnya bisa lebih selektif.
Para abdi dalem yang bisa mendapatkan honor ialah mereka yang rutin bekerja di kelembagaan-kelembagaa (tepas) di Keraton.
Datang rutin sesuai jadwal kerja. Sedangkan mereka yang tidak bekerja rutin di Keraton, tidak mendapat honor.
Misalnya, para abdi dalem keprajan. Mereka ialah para Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang dianugraheni gelar oleh Keraton, namun tidak aktif bekerja di kelembagaan Keraton.
"Sebelum ada honorarium, sih paring dalem (honor pemberian Sultan) kan kecil sekali (nominalnya). Jadi, kami nggak bisa milih. Tapi dengan adanya honorarium, harusnya kami bisa lebih memilih, selektif. Tapi itu kewenangan Tepas Parentah Hageng," papar Gusti Cakra kemarin. (esa)