TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG - TNI mengancam akan menarik pasukan dari Gasibu jika desain relokasi PKL Gasibu di kawasan Monumen Perjuangan belum selesai, pekan depan. Menurut Kasie Operasi Kodim 0618/BS, Kapten Arh Zaelani, ultimatum ini terpaksa ia berikan karena Pemkot Bandung terkesan kurang serius dalam menyelesaikan relokasi PKL ini.
Belum kunjung selesainya relokasi PKL di Monumen Perjuangan ini, ujar Zaelani, adalah contoh kongkret lamban dan tak jelasnya jajaran birokrasi Pemkot Bandung dalam menangani hal ini. Sejauh ini, sebutnya, instansi terkait hanya mengukur dan mendesain Monumen Perjuangan tersebut. Namun, sudah dua bulan, desainnya ternyata masih belum tuntas.
"Saya bukan arsitek tapi sanggup dalam seminggu mendesain. Ke mana saja Pemkot Bandung sampai masalah ini saja berlarut-larut, tak ada tindak lanjut?" ujar Zaelani, Selasa (6/5/2014)
Menurut Zaelani, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil sebaiknya menata dahulu saja jajaran birokrasinya yang kurang serius sebelum memutuskan untuk menata PKL.
"Bappeda sebagai leading sector tak pernah terlihat di lokasi, hanya Satpol PP, polisi dan TNI. Makanya, kami ultimatum akan menarik pasukan dari Gasibu," ujar Zaelani. "Saya berani bicara agar birokrasi Pemkot Bandung diperbaiki."
Dimintai tanggapannya soal ultimatum ini, Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil, mengatakan bisa memahaminya. "Semua ingin cepat selesai, tapi penanganan PKL ini memang membutuh waktu," ujar Emil, panggilan akrab Ridwan Kamil, melalui pesawat telepon, semalam. Saat dimintai tanggapannya, kemarin, Emil sedang berada di Bali untuk mengikuti rapat.
Emil mengatakan, desain untuk relokasi PKL di Monumen Perjuangan baru empat pekan lalu dikerjakan, belum dua bulan seperti yang dikatakan Kasie Operasi Kodim 0618/BS, Kapten Arh Zaelani.
"Saya sudah cek ke Dinas Tata Ruang Cipta Karya, ternyata bukan lelet tapi butuh waktu untuk mengukur," ujar Emil.
Emil mengatakan, pengukuran di Monumen Perjuangan hanya bisa dilakukan malam hari karena siang hari banyak kendaraan lalu lalang.
"Besok (Rabu 7/5) pengukuran dipastikan selesai. Lapak yang diukur ini banyak, mencapai 2.500 lapak, dan ukurannya harus sama, yakni dua kali dua meter. Jadi butuh waktu, tidak cukup sepekan," ujar Emil.
Menurut Emil, adanya keluhan dari Kapten Zaelani adalah suatu yang wajar sebagai dinamika pembangunan. "Tidak perlu jadi masalah atau dipermasalahkan," ujarnya. (tsm)