TRIBUNNEWS.COM,YOGYA - Gubernur DIY yang juga bertahta sebagai Raja Keraton Kasultanan Yogyakarta diminta tak diam saja menanggapi aksi penyerangan brutal sekelompok masyarakat dalam acara kebaktian di rumah milik Julius Felicianus di Perum YKPN, Kamis (29/5) malam.
Hal itu disampaikan Koordinator Aksi Solidaritas Wartawan DIY Ibnu Taufik Juwariyanto di depan gedung DPRD DIY, Jumat (30/5).
Dalam insiden itu, sekelompok orang merusak tempat acara peribadatan, menghajar Julius menggunakan besi dan pot tanaman hingga kepalanya bercucuran darah.
Massa juga memukul seorang jurnalis Kompas TV, Michael Aryawan (Mikha) serta merampas kameranya.
Insiden itu menambah daftar panjang ancaman kebebasan beragama di Yogyakarta.
Sebelum ini, konflik beragama juga terjadi saat perayaan Paskah di Gunungkidul beberapa waktu lalu.
"Sultan jangan hanya diam. Ketidaktegasan aparat jadi sumber segala kekerasan dan kerusuhan di Yogyakarta," teriak Taufik di hadapan puluhan wartawan se-DIY yang turut dalam aksi mengecam insiden penyerangan itu.
Dalam kesempatan itu, ia juga menghadiahkan sebuah kutang bagi Kapolda DIY Brigjen Pol Haka Astana sebagai simbol ketidaktegasan pimpinan kepolisian DIY itu.
"Ini bukan simbol wanita! Ini simbol ketidaktegasan aparat!," teriaknya sembari mengangkat kutang warna merah itu ke angkasa.
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta turut mengutuk tragedi yang menghancurkan kebebasan umat beragama sekaligus mengancam kebebasan pers itu.
Ironisnya, Polda DIY selalu gagal menuntaskan kasus-kasus semacam itu.
Data AJI menyebut, jumlah kasus kekerasan terhadap jurnalis tak pernah kurang dari 30 kasus pertahun.
Pada Mei 2013 hingga April 2014 bahkan terjadi 43 kasus kekerasan.
Untuk itu, AJI bersama Pemimpin Redaksi Kompas TV Yogi Arif Nugraha dan Kepala Biro Kompas TV Daeng Tanto mengambil langkah hukum terhadap kasus yang menimpa Mikha.
"AJI juga meminta kamera Mikha dikembalikan utuh berikut isi rekamannya," ucap Ketua AJI Yogyakarta, Hendrawan Setiawan melalui rilisnya.
Kondisi Yogya Kritis
Ketua DPRD DIY Yoeke Indra Agung Laksana menilai kondisi DIY tengah kritis.
Itu menyusul semakin maraknya kasus-kasus kekerasan oleh sekelompok orang yang memaksakan kehendaknya.
"Ekskalasinya (kasus-kasus kekerasan) begitu tinggi. Di daerah lain mungkin biasa, tapi kalau Yogya, ini sudah kritis," tutur politikus PDIP tersebut.
Sebagai daerah yang menyandang status keistimewaan, tidak selayaknya di DIY terjadi kasus-kasus kekerasan terlebih yang memuat isu antar agama.
Pihak kepolisian harusnya bertindak lebih tegas.
"Sudah saatnya ini ditangani khusus," tandasnya.
Yoeke menegaskan, keberadaan negara jangan sampai kalah dengan sekelompok orang yang memaksakan kehendak dan melanggar hukum.
Negara wajib menegakkan hukum.
"Kalau didiamkan, semakin tak terkendali," jelasnya.
Hingga Jumat (30/5) malam, Gubernur DIY HB X belum bisa ditemui.
Ia tengah berada di Jakarta mengikuti forum diskusi UGM bersama Jokowi. (esa)
Sri Sultan Sultan Didesak Ambil Langkah Tegas
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger