TRIBUNNEWS.COM,SURABAYA - Dualisme Persebaya tak hanya menyisakan rasa kecewa di kalangan suporter dan warga Surabaya pada umumnya.
Namun, rasa kecewa ini juga dirasakan insan-insan muda yang bermimpi menjadi pemain Persebaya.
Dulu, sebelum dualisme terjadi, Persebaya memiliki kompetisi internal yang diklaim sebagai yang terbaik di Indonesia.
Dari kompetisi internal Persebaya lahir pemain-pemain jempolan yang tak hanya menjadi bintang di Persebaya, tapi juga Timnas Indonesia.
Kini, buntut dari dualisme itu, kompetisi internal ini porak-poranda. Meskipun kompetisi internal di Surabaya tetap ada, namun gaung dan gregetnya tidak sepanas dulu, ketika dualisme belum terjadi.
Bermula dari sini, banyak pemain yang dulu terlibat dalam kompetisi internal Persebaya, memilih banting setir ke dunia futsal.
Mereka jenuh dengan persepakbolaan di Surabaya yang dimotori Persebaya.
Agie Renata, misalnya. Pria kelahiran 1988 ini pun akhirnya banting setir memilih futsal.
Agie pernah membela SFC Bulldozer dan Kalianak FC di Liga Futsal Amatir (LFA) Jatim.
"Kompetisi internal sekarang ruwet. Jenjangnya tidak jelas, makanya banyak kawan-kawan yang memilih ke futsal," kata Agie, Kamis (12/6/2014).
Sejak dualisme, pemain-pemain asal Surabaya dan Jatim pada umumnya, tidak terpantau lagi oleh Persebaya.
Mereka seperti kehilangan wadah dan kesempatan untuk mengenakan jersey Persebaya di kompetisi tertinggi di Tanah Air.
"Kalau dulu, ketika ada kompetisi internal, Persebaya banyak mengambil pemain dari sini. Sekarang sulit. Persebaya lebih banyak mengambil pemain dari luar. Arek Suroboyo sulit terpantau dan kecil kemungkinan bisa bermain di Persebaya," papar Agie.
Di kompetisi internal Persebaya, dulu Agie membela Mitra Surabaya, Suryanaga, dan Rheza Mahasiswa.
Kini, selain sibuk di futsal, Agie juga bermain sepakbola di Surabaya Muda yang berkiprah di Divisi I Liga Indonesia. (edr)
Pemain Muda Persebaya Banting Stir ke Futsal
AA
Text Sizes
Medium
Large
Larger